Jakarta (ANTARA News) - Ketua DPP PDI Perjuangan Guruh Soekarnoputra mengatakan, massa akar rumput atau grass root menginginkan adanya perubahan di PDI Perjuangan. Hal itu terlihat dari penolakan sejumlah ranting atas SK DPP No.435/2009 yang mengarahkan pencalonan tunggal Megawati pada Kongres PDIP di Bali mendatang.

"Massa akar rumput kebanyakan ingin perubahan, tetapi mereka dari kelompok status quo mendorong Mega untuk terus tampil, padahal Mega sudah rasan-rasan, sudah capek," katanya saat berkunjung ke Kantor Perum LKBN ANTARA di Jakarta, Kamis.

Guruh yang didampingi dua orang penasehat politiknya mengakui, secara formal posisi status quo lebih kuat tetapi secara informal arus perubahan lebih kuat apalagi didukung sebagian besar massa akar rumput.

"Kondisi yang terjadi di PDI Perjuangan saat ini, mirip seperti Soeharto yang terus didorong maju untuk ketujuh kalinya, walaupun beliau sudah mengisyaratkan untuk mundur," katanya.

Ia menjelaskan, Surat Keputusan (SK) DPP No 435/KPTS/DPP/XI/2009 tentang pedoman pencalonan nama ketua umum melalui pelaksanaan rapat Pengurus Anak Cabang (PAC), Konfercab, Konferda dan Kongres III PDI-P itu harus dicabut karena bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) PDIP.

"Saya mendapat laporan, banyak PAC yang ditekan untuk hanya mengusulkan Mega, bahkan ada Konfercab yang dilakukan di Propinsi dengan berita acara yang sudah disiapkan dengan calon tunggal Megawati," katanya yang tetap bertekad untuk maju sebagai calon Ketua Umum PDI Perjuangan..

Ketika ditanya kemungkinan rekayasa itu untuk memuluskan langkah Puan Maharani menggantikan Megawati, Guruh mengatakan, adalah sebuah blunder jika Puan Maharani menggantikan Megawati karena menghadapi Pemilihan Presiden 2014 faktor wanita menjadi sulit bersaing di Indonesia.

"Masyarakat Indonesia belum sepenuhnya menerima wanita sebagai presiden," katanya.

Guruh mengatakan popularitasnya akan bisa mengalahkan Puan Maharani. "Kalau Puan itu binti Taufik Kiemas, tetapi Guruh itu bin Soekarno," tegas putra bungsu presiden pertama RI Soekarno itu.

Kalau keinginan untuk membuat perubahan di PDIP itu tidak terwujud, Guruh mengisyaratkan akan membuat partai baru. "Partai itu hanyalah alat untuk mencapai tujuan kalau alatnya rusak dan tidak bisa diperbaiki lagi, ya harus diganti," katanya.(*)