MPR sosialisasikan Empat Pilar melalui metode Wayang Golek
13 September 2020 21:00 WIB
Anggota MPR RI Fraksi PAN Sarifuddin Sudding (tengah) dan Kepala Bagian Pemberitaan, Hubungan Antarlembaga, dan Layanan Informasi Setjen MPR Budi Muliawan (kanan), menghadiri acara Sosialisasi 4 Pilar dengan metode wayang golek, di Balai Desa Sukamanah, Kecamatan Mega Mendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (12/9). (Istimewa)
Jakarta (ANTARA) - Anggota MPR RI Fraksi PAN Sarifuddin Sudding mengatakan lembaganya menyosialisasikan Empat Pilar MPR dengan beragam metode, salah satunya dengan pagelaran Wayang Golek, disebutnya metode yang lebih menyegarkan dan menggembirakan serta menghibur.
Menurut Sudding, tugas MPR melaksanakan sosialisasi Empat Pilar dengan beragam metode seperti ceramah, seminar, "outbound", FGD, kunjungan ke kampus, seni budaya, dan bentuk lainnya.
"Setelah saya berdiskusi dengan Kepala Desa, akhirnya kita pilih acara seperti malam ini dengan pentas wayang golek. Kegiatan itu sudah dirancang jauh-jauh hari dan pastinya juga dibahas pentingnya penerapan protokol kesehatan," kata Sudding dalam keterangannya di Jakarta, Minggu.
Hal itu dikatakan Sudding saat Sosialisasi Empat Pilar MPR RI di Balai Desa Sukamanah, Kecamatan Mega Mendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (12/9).
Sudding mengatakan dalam suasana yang memprihatinkan seperti saat ini yaitu pandemi COVID-19, cara yang paling tepat untuk sosialisasi adalah lewat metode seni budaya. Metode tersebut menurut dia lebih gampang diterima masyarakat daripada menggunakan cara lain yang sifatnya satu arah.
Dia mengatakan kehidupan berbangsa dan bernegara merupakan konsensus atau kesepakatan para pendiri bangsa, Indonesia adalah bangsa yang majemuk, terdiri dari berbagai macam suku, ras, agama, dan bahasa.
"Keragaman itu sangat rentan terjadinya disintegrasi bangsa, saya bersyukur ketika para pendahulu bangsa memberi contoh yang menguatkan persatuan di antara keragaman. Pada 28 Oktober 1928, para pemuda mengikrarkan Sumpah Pemuda, itu adalah cita-cita bersatu dalam keberagaman," ujarnya.
Dia mengingatkan masyarakat harus membangun persatuan dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat, karena ketika keragaman dikelola dengan baik maka itu merupakan satu kekuatan bangsa dalam menghadapi berbagai macam tantangan.
Namun menurut dia, kalau perbedaan dan kemajemukan tidak dikelola dengan baik maka itu merupakan sumber perpecahan.
Dalam acara tersebut, Kepala Bagian Pemberitaan, Hubungan Antarlembaga, dan Layanan Informasi Setjen MPR Budi Muliawan mengatakan Sosialisasi 4 Pilar melalui pagelaran wayang golek merupakan salah satu metode untuk menanamkan dan memberi pengertian serta pemahaman Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara, UUD NRI Tahun 1945 sebagai konstitusi negara, NKRI sebagai bentuk negara, dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan negara, kepada masyarakat.
"MPR memilih pagelaran seni budaya sebagai metode sosialisasi 4 Pilar bukan tanpa alasan," ujarnya.
Menurut dia, sosialisasi dengan metode pagelaran seni budaya merupakan salah satu bentuk penerapan Pasal 32 UUD NRI Tahun 1945, dengan aturan yang ada dalam UUD tersebut, negara wajib melestarikan kebudayaan nasional di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budaya.
Budi Muliawan yang biasa disapa Wawan itu menilai, pagelaran wayang golek itu, selain menanamkan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Empat Pilar MPR, juga sebagai bentuk tindakan nyata dalam pelestarian seni dan budaya yang ada di Indonesia.
"Melalui wayang golek, mudah-mudahan nilai-nilai luhur bangsa dapat diinternalisasikan kepada masyarakat," katanya.
Selain itu Budi Muliawan menjelaskan, MPR saat ini masuk dalam lima besar lembaga yang dipercaya masyarakat yaitu TNI, Polri, KPK, Presiden, dan MPR RI.
Capain itu menurut dia wajib disyukuri karena MPR bisa dipercaya masyarakat karena lembaganya dalam pengambilan keputusan selalu mengedepankan musyawarah mufakat dan pola kerja yang bersifat gotong royong.
Baca juga: MPR jalin kesepakatan Sosialisasi Empat bersama Universitas Terbuka
Baca juga: MPR rekomendasikan visi-misi cakada tidak terpisahkan NKRI
Baca juga: Fadel ajak masyarakat perkuat Empat Pilar MPR
Baca juga: Jazilul tekankan pentingnya pahami rukun berbangsa dan bernegara
Menurut Sudding, tugas MPR melaksanakan sosialisasi Empat Pilar dengan beragam metode seperti ceramah, seminar, "outbound", FGD, kunjungan ke kampus, seni budaya, dan bentuk lainnya.
"Setelah saya berdiskusi dengan Kepala Desa, akhirnya kita pilih acara seperti malam ini dengan pentas wayang golek. Kegiatan itu sudah dirancang jauh-jauh hari dan pastinya juga dibahas pentingnya penerapan protokol kesehatan," kata Sudding dalam keterangannya di Jakarta, Minggu.
Hal itu dikatakan Sudding saat Sosialisasi Empat Pilar MPR RI di Balai Desa Sukamanah, Kecamatan Mega Mendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (12/9).
Sudding mengatakan dalam suasana yang memprihatinkan seperti saat ini yaitu pandemi COVID-19, cara yang paling tepat untuk sosialisasi adalah lewat metode seni budaya. Metode tersebut menurut dia lebih gampang diterima masyarakat daripada menggunakan cara lain yang sifatnya satu arah.
Dia mengatakan kehidupan berbangsa dan bernegara merupakan konsensus atau kesepakatan para pendiri bangsa, Indonesia adalah bangsa yang majemuk, terdiri dari berbagai macam suku, ras, agama, dan bahasa.
"Keragaman itu sangat rentan terjadinya disintegrasi bangsa, saya bersyukur ketika para pendahulu bangsa memberi contoh yang menguatkan persatuan di antara keragaman. Pada 28 Oktober 1928, para pemuda mengikrarkan Sumpah Pemuda, itu adalah cita-cita bersatu dalam keberagaman," ujarnya.
Dia mengingatkan masyarakat harus membangun persatuan dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat, karena ketika keragaman dikelola dengan baik maka itu merupakan satu kekuatan bangsa dalam menghadapi berbagai macam tantangan.
Namun menurut dia, kalau perbedaan dan kemajemukan tidak dikelola dengan baik maka itu merupakan sumber perpecahan.
Dalam acara tersebut, Kepala Bagian Pemberitaan, Hubungan Antarlembaga, dan Layanan Informasi Setjen MPR Budi Muliawan mengatakan Sosialisasi 4 Pilar melalui pagelaran wayang golek merupakan salah satu metode untuk menanamkan dan memberi pengertian serta pemahaman Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara, UUD NRI Tahun 1945 sebagai konstitusi negara, NKRI sebagai bentuk negara, dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan negara, kepada masyarakat.
"MPR memilih pagelaran seni budaya sebagai metode sosialisasi 4 Pilar bukan tanpa alasan," ujarnya.
Menurut dia, sosialisasi dengan metode pagelaran seni budaya merupakan salah satu bentuk penerapan Pasal 32 UUD NRI Tahun 1945, dengan aturan yang ada dalam UUD tersebut, negara wajib melestarikan kebudayaan nasional di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budaya.
Budi Muliawan yang biasa disapa Wawan itu menilai, pagelaran wayang golek itu, selain menanamkan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Empat Pilar MPR, juga sebagai bentuk tindakan nyata dalam pelestarian seni dan budaya yang ada di Indonesia.
"Melalui wayang golek, mudah-mudahan nilai-nilai luhur bangsa dapat diinternalisasikan kepada masyarakat," katanya.
Selain itu Budi Muliawan menjelaskan, MPR saat ini masuk dalam lima besar lembaga yang dipercaya masyarakat yaitu TNI, Polri, KPK, Presiden, dan MPR RI.
Capain itu menurut dia wajib disyukuri karena MPR bisa dipercaya masyarakat karena lembaganya dalam pengambilan keputusan selalu mengedepankan musyawarah mufakat dan pola kerja yang bersifat gotong royong.
Baca juga: MPR jalin kesepakatan Sosialisasi Empat bersama Universitas Terbuka
Baca juga: MPR rekomendasikan visi-misi cakada tidak terpisahkan NKRI
Baca juga: Fadel ajak masyarakat perkuat Empat Pilar MPR
Baca juga: Jazilul tekankan pentingnya pahami rukun berbangsa dan bernegara
Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2020
Tags: