BKSDA pasang alat pelacak posisi gajah liar di Aceh Timur
13 September 2020 12:24 WIB
Tim Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) dan Forum Konservasi Leuser (FKL) memasang alat pelacak posisi pada seekor gajah di Ranto Peureulak, Aceh Timur, Jumat (11/9/2020). ANTARA/HO-BKSDA/am.
Banda Aceh (ANTARA) - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh bekerjasama dengan Forum Konservasi Leuser (FKL) memasang alat pelacak posisi atau GPS Collar pada kelompok gajah sumatra liar di Kabupaten Aceh Timur.
Kepala BKSDA Aceh Agus Arianto melalui Kepala Pusat Latihan Gajah (PLG) Aceh Saree Andi Aswinsyah di Idi, Minggu, mengatakan GPS Collar dipasang sebanyak tiga unit di tiga gajah liar.
"GPS ini dipasang untuk mengetahui posisi kawanan atau kelompok gajah liar secara berkala melalui satelit, sehingga mempermudah proses mitigasi konflik satwa liar dengan manusia yang kerap terjadi terutama di Kabupaten Aceh Timur," kata Andi Aswinsyah.
Baca juga: BKSDA Aceh berhasil selamatkan anak gajah dari jerat tali
Ia mengatakan pemasangan GPS Collar pertama dilakukan pada gajah betina dengan berat hampir empat ton di dalam kawasan hak guna usaha (HGU) PT Atakana Company di Desa Seumanah Jaya, Kecamatan Ranto Peureulak, Aceh Timur.
"Gajah yang berhasil dipasang GPS Collar tersebut kemudian diberi nama Nadia mengingat GPS Collar itu merupakan sumbangan dari Nadia Hutagalung, seorang presenter sangat peduli konservasi," kata Andi.
Selanjutnya, pemasangan GPS Collar kedua dilakukan pada kelompok gajah yang ditemukan oleh tim gabungan di Kecamatan Birem Bayeun, Aceh Timur. Gajah ini juga berjenis kelamin betina.
"Gajah yang diperkirakan berumur sekitar 20 tahun dengan berat lebih dari dua ton ini ditemukan setelah tim gabungan melakukan pencarian seharian pada 9 Maret 2019," katanya.
Baca juga: 295 warga kontak erat pasien COVID-19 di Bener Meriah uji swab
Terakhir, tim gabungan BKSDA dan FKL memasang GPS Collar ketiga terhadap kawanan gajah liar pada berjenis kelamin betina dengan bobot 3,6 ton, pada Jumat (11/9).
"Kawanan gajah ini juga ditemukan di kawasan HGU PT Atakana Company di Desa Seumanah Jaya, Kecamatan Ranto Peureulak, Aceh Timur," kata Edi Syahputra, tim supervisor proteksi gajah FKL,
Ia menambahkan, tim gabungan berjumlah 20 orang ini termasuk medis, pawang gajah atau mahot, dan penembak, sebelumnya mencari kawanan gajah liar tersebut menyusuri hutan dan perkebunan sawit sejak Selasa (8/9).
HGU perusahaan yang telah ditumbuhi semak belukar memang membuat gajah menyukai tempat seperti ini. Kotoran gajah terlihat berserakan di beberapa lokasi, bahkan ada yang berada di jalanan, kata Edi Syahputra.
Di hari keempat, tim gabungan akhirnya kemudian menemukan kawanan gajah sedang beristirahat. Setelah dilumpuhkan dengan bius, gajah betina tersebut dipasangi GPS Collar.
"Gajah dipasangi GPS Collar tersebut diperkirakan baru melahirkan. Ini terlihat dari susu yang penuh. Setelah alat dipasang, gajah betina itu dilepaskan kembali," kata Edi Syahputra.
Baca juga: TPFF: Konflik gajah dan warga di Aceh Tengah mulai berkurang
Baca juga: Taman Safari Prigen Pasuruan tambah koleksi gajah sumatera
Baca juga: Bentang Seblat harapan terakhir pelestarian gajah Sumatera di Bengkulu
Kepala BKSDA Aceh Agus Arianto melalui Kepala Pusat Latihan Gajah (PLG) Aceh Saree Andi Aswinsyah di Idi, Minggu, mengatakan GPS Collar dipasang sebanyak tiga unit di tiga gajah liar.
"GPS ini dipasang untuk mengetahui posisi kawanan atau kelompok gajah liar secara berkala melalui satelit, sehingga mempermudah proses mitigasi konflik satwa liar dengan manusia yang kerap terjadi terutama di Kabupaten Aceh Timur," kata Andi Aswinsyah.
Baca juga: BKSDA Aceh berhasil selamatkan anak gajah dari jerat tali
Ia mengatakan pemasangan GPS Collar pertama dilakukan pada gajah betina dengan berat hampir empat ton di dalam kawasan hak guna usaha (HGU) PT Atakana Company di Desa Seumanah Jaya, Kecamatan Ranto Peureulak, Aceh Timur.
"Gajah yang berhasil dipasang GPS Collar tersebut kemudian diberi nama Nadia mengingat GPS Collar itu merupakan sumbangan dari Nadia Hutagalung, seorang presenter sangat peduli konservasi," kata Andi.
Selanjutnya, pemasangan GPS Collar kedua dilakukan pada kelompok gajah yang ditemukan oleh tim gabungan di Kecamatan Birem Bayeun, Aceh Timur. Gajah ini juga berjenis kelamin betina.
"Gajah yang diperkirakan berumur sekitar 20 tahun dengan berat lebih dari dua ton ini ditemukan setelah tim gabungan melakukan pencarian seharian pada 9 Maret 2019," katanya.
Baca juga: 295 warga kontak erat pasien COVID-19 di Bener Meriah uji swab
Terakhir, tim gabungan BKSDA dan FKL memasang GPS Collar ketiga terhadap kawanan gajah liar pada berjenis kelamin betina dengan bobot 3,6 ton, pada Jumat (11/9).
"Kawanan gajah ini juga ditemukan di kawasan HGU PT Atakana Company di Desa Seumanah Jaya, Kecamatan Ranto Peureulak, Aceh Timur," kata Edi Syahputra, tim supervisor proteksi gajah FKL,
Ia menambahkan, tim gabungan berjumlah 20 orang ini termasuk medis, pawang gajah atau mahot, dan penembak, sebelumnya mencari kawanan gajah liar tersebut menyusuri hutan dan perkebunan sawit sejak Selasa (8/9).
HGU perusahaan yang telah ditumbuhi semak belukar memang membuat gajah menyukai tempat seperti ini. Kotoran gajah terlihat berserakan di beberapa lokasi, bahkan ada yang berada di jalanan, kata Edi Syahputra.
Di hari keempat, tim gabungan akhirnya kemudian menemukan kawanan gajah sedang beristirahat. Setelah dilumpuhkan dengan bius, gajah betina tersebut dipasangi GPS Collar.
"Gajah dipasangi GPS Collar tersebut diperkirakan baru melahirkan. Ini terlihat dari susu yang penuh. Setelah alat dipasang, gajah betina itu dilepaskan kembali," kata Edi Syahputra.
Baca juga: TPFF: Konflik gajah dan warga di Aceh Tengah mulai berkurang
Baca juga: Taman Safari Prigen Pasuruan tambah koleksi gajah sumatera
Baca juga: Bentang Seblat harapan terakhir pelestarian gajah Sumatera di Bengkulu
Pewarta: M.Haris Setiady Agus
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2020
Tags: