Palu (ANTARA News) - Nelayan di sekitar teluk Tomini, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah (Sulteng) kalah bersaing dengan nelayan dari provinsi tetangga seperti Gorontalo, karena peralatan tangkap yang masih terbatas.

"Terus terang nelayan kita di teluk Tomini hari ini kalah bersaing dengan nelayan dari Gorontalo," kata Sekretaris Tri Bina Bahari Parigi Moutong, Tamrin Hasana, di Palu, Selasa.

Tri Bina Bahari adalah sebuah lembaga pemberdayaan masyarakat lokal yang hingga saat ini masih tetap melakukan pembinaan terhadap nelayan di sepanjang pesisir laut bagian Utara Kabupaten Parigi Moutong.

Tamrin mengatakan, pemerintah kabupaten maupun pemerintah provinsi Sulteng sudah saatnya mengubah kebijakan pembantuan kepada nelayan yang selama ini hanya bantuan dalam bentuk katinting dan sampan.

Menurut Tamrin, dari tahun ke tahun pemerintah hanya memberikan bantuan mesin dan sarana tangkap yang kecil. Selama kebijakan tersebut tidak diubah, kondisi perekonomian nelayan tidak akan beranjak dari keterpurukan.

"Pemerintah mestinya sudah berpikir bagaimana nelayan diberi bantuan alat tangkap yang modern seperti kapal. Jangan hanya katinting terus menerus. Kita sudah jauh ketinggalan dengan daerah lain," katanya.

Menurut Tamrin, kabupaten tetangga terdekat seperti Gorontalo, saat ini nelayannya sebagian sudah menggunakan alat tangkap modern. Mereka bisa leluasa menangkap ikan di perairan teluk Tomini yang luasnya sekitar enam juta hektare. Praktis hal ini juga berpengaruh terhadap hasil tangkapan nelayan.

Sementara nelayan di pesisir utara Kabupaten Parigi Moutong seperti Kecamatan Moutong, Tinombo, Tomini, hanya menangkap ikan dalam wilayah terbatas karena terbatasnya dukungan peralatan.

"Karena sarana yang terbatas akhirnya potensi ikan di teluk Tomini hanya dikuasai oleh nelayan dari provinsi tentangga. Kita akhirnya hanya jadi penonton," kata Tamrin.

Dia mengatakan, Tri Bina Bahari bersama nelayan di pesisir teluk Tomini sudah pernah mengajukan usulan ke pemerintah setempat, namun hingga saat ini belum ada realisasi.

"Dulu pernah ada kapal yang dibuat pemerintah dalam kapasitas besar, tapi ada masalah dengan kontraktornya sehingga kapal itu tidak tahu lagi dimana rimbanya," kata Tamrin.

Menurut Tamrin, Tri Bina Bahari juga sudah melakukan koordinasi dengan Serikat Nelayan Teluk Tomini (SNTT) dan melakukan pengkajian seputar nelayan di teluk Tomini. Dari hasil kajian itu, diketahui bahwa saat ini nelayan di teluk Tomini masih memiliki banyak kelemahan, antara lain sumber daya manusia.

"Kita masih lemah dari sisi SDM. Makanya kami juga meminta pemerintah memberikan pelatihan wirausaha agar masyarakat nelayan di kampung kami itu bisa lebih berdaya," kata Tamrin.

Dia menyebutkan, sebagian besar tumpuan masyarakat setempat mengandalkan pendapatan dari usaha perikanan dan kelautan.

Laman Pusat Pengelolaan Lingkungan Hidup, Kementrian Negara Lingkungan Hidup menyebutkan, Teluk Tomini merupakan salah satu teluk terbesar di Indonesia dengan luas kurang lebih enam juta hektare dengan potensi sumberdaya alam yang kaya dan unik.

Dalam pembagian kawasan keanekaragaman hayati, kawasan ini berada di zona "Wallacea", yang dalam sejarahnya merupakan kawasan terpisah dari Benua Asia maupun Australia. Teluk Tomini tergolong perairan semi tertutup (semi enclosed) yang bersinggungan langsung dengan tiga provinsi (Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah dan Gorontalo) dengan 14 kabupaten/kota serta 23 muara daerah aliran sungai (DAS).(A055/K004)