Jakarta (ANTARA) - Di tengah ketidakpastian akibat pandemi COVID-19, belum lagi dengan lonjakan kasus baru positif belakangan ini, salah satu solusi agar bidang usaha bisa bertahan yakni dengan menerapkan cara bekerja digital.

"Pada umumnya perusahaan harus bisa beradaptasi dengan cara bekerja digital, bukan semata karena situasi pandemi, melainkan juga mengikuti perkembangan teknologi dan kemajuan digital di era modern untuk dapat bekerja secara holistik," ujar Senior Professional Service Consultant Lark, Suryanto Lee, dalam siaran persnya, Sabtu.

Menurut dia, jika pelaku usaha selalu berdiam diri tanpa melakukan adaptasi terhadap perubahan, maka dapat dipastikan usaha yang dikerjakan bisa dengan mudah digantikan oleh yang lain.

Baca juga: Pandemi belum terakhir, berikut ide untuk tetap bugar selama WFH

"Kemampuan adaptasi juga perlu didukung oleh komunikasi yang efektif. Untuk itu, Lark hadir dengan berbagai kemudahan untuk memastikan pekerjaan dapat dilaksanakan dengan efisien dan efektif," kata dia.

Berdasarkan hasil penelitian Deloitte dalam laporan The Digital Workplace, organisasi dengan jaringan sosial online yang kuat 7 persen lebih produktif daripada yang tidak.

Dengan 64.8 persen dari total populasi 264 juta penduduk Indonesia sudah terkoneksi internet, tren ini sejalan dengan peluang untuk melihat COVID-19 bukan hanya pandemi, melainkan akselerator modernisasi dan digitalisasi.

Lebih lanjut, hal lain yang perlu dipertimbangkan pelaku usaha saat ini, adalah mengimbangi kapasitas tenaga kerja mereka. Keamanan dan kesehatan karyawan menjadi prioritas utama dalam menghadapi pandemi COVID-19.

Baca juga: Facebook izinkan karyawan bekerja dari rumah hingga Juli 2021

Perlu ada penyusunan dan penerapan pengaturan jam bekerja dengan membagi beberapa shift untuk mengimbangi kapasitas jumlah karyawan yang bekerja di kantor.

Oleh karena itu, memilih cara pengelolaan yang tepat penting untuk menjaga efektivitas perusahan, dengan meminimalisir kepentingan bertemu tatap muka.

Penggunaan platform yang mampu menjadi pusat kontrol yang memungkinkan tahap kerja terotomasi seperti persetujuan, alur kerja, pengeluaran, dan data kehadiran dapat diintegrasikan dengan fitur Approval dan Attendance bisa menjadi pertimbangan.

Kemudian, dengan adaptasi gaya hidup digital dan bekerja secara remote, perusahaan harus tetap menjaga kesempatan karyawan dalam meningkatkan pengetahuaan dan ketrampilan sebuah tim.

Webinar, virtual talkshow, dan virtual workshop, menjadi salah satu yang sedang populer saat ini sebagai sarana untuk membagi edukasi dan konten informatif secara virtual.

Hal lainnya yang perlu dipertimbangkan, komunikasi antar karyawan. Perusahaan bisa menggunakan fitur komunikasi yang memungkinkan manajer untuk berkomunikasi lebih baik dengan tim yang tersebar di seluruh daerah.

Baca juga: Lenovo catat pertumbuhan bisnis PC berkat momentum WFH

Sedangkan untuk pekerja di lapangan, perlu ada aplikasi seluler agar karyawan untuk tetap terhubung dari mana saja.

Lark menawarkan inovasi cara kerja virtual yang mentransformasi cara berkolaborasi di tempat kerja dengan menggabungkan berbagai collaboration tools penting dalam satu platform yang saling terhubung.

Saat ini sudah ada fitur seperti grup chat yang bisa menjangkau hingga 5.000 orang, panggilan video tanpa batas hingga 100 peserta dan penyimpanan cloud gratis hingga 200GB yang memungkinkan para pengguna untuk berkolaborasi secara dinamis.

Selain itu, ada juga Messenger, Konferensi Video, Docs & Sheets, Penyimpanan Cloud, Kalender, dan Mail yang terintergrasi sehingga bisa menjadi komunikasi yang efektif.

Lark juga tersedia dalam 11 bahasa tampilan baru, selain bahasa Inggris, Jepang, dan Cina Sederhana, yakni bahasa Indonesia, Portugis Brasil, Prancis, Jerman, Hindi, Italia, Korea, Rusia, Spanyol, Thailand, dan Vietnam.

Baca juga: Lark Mail bawa fitur kolaboratif konferensi video hingga "cloud"

Baca juga: Adaptasi digital cepat diserap masyarakat selama pandemi

Baca juga: Kominfo beri pelatihan digital untuk eks pekerja migran