Banda Aceh (ANTARA) - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh menyatakan seekor gajah sumatera (elephas maximus sumatramus) yang ditemukan mati di kebun warga di Kecamatan Mila, Kabupaten Pidie, diduga tersengat listrik.

"Hasil nekropsi tim medis di lapangan, dugaan awal gajah tersebut mati tersengat listrik. Gajah tersebut berkelamin jantan usia kurang lebih 20 tahun," kata Kepala BKSDA Aceh Agus Arianto di Banda Aceh, Jumat.

Gajah sumatera jantan tersebut ditemukan mati di perkebunan warga Gampong Tuha Lala, Kecamatan Mila. Kabupaten Pidie, Rabu (9/9).

Baca juga: BKSDA Aceh berhasil selamatkan anak gajah dari jerat tali

Agus Arianto mengatakan tim medis sudah mengambil sampel untuk pengujian laboratorium guna memastikan apakah ada penyebab lain kematian gajah tersebut selain tersengat listrik.

"Dugaan awal karena tersengat listrik. Namun, tim juga mengambil sampel yang akan diperiksa di laboratorium untuk memastikan penyebab gajah tersebut," kata Agus Arianto.

Terkait gajah tersebut terpisah dari kawanan, Agus Arianto mengatakan hal itu biasa. Gajah-gajah muda biasanya berpisah dari kawanannya untuk mencari makan, kemudian bergabung kembali.

Agus Arianto mengatakan gajah sumatera merupakan satwa liar yang dilindungi. Berdasarkan data organisasi konservasi alam dunia, IUCN, gajah sumatra hanya ditemukan di Pulau Sumatera. Satwa tersebut masuk spesies terancam kritis dan berisiko tinggi untuk punah di alam liar.

Baca juga: Taman Safari Prigen Pasuruan tambah koleksi gajah sumatera

"Kerusakan habitat gajah dapat menimbulkan konflik dengan manusia. Konflik ini bisa menimbulkan kerugian ekonomi dan korban jiwa bagi manusia maupun keberlangsungan hidup satwa dilindungi tersebut," kata Agus Arianto.

Oleh karena itu, BKSDA Aceh mengimbau masyarakat untuk bersama-sama menjaga kelestarian alam khususnya satwa liar gajah sumatra dengan cara tidak merusak hutan yang merupakan habitatnya.

"Dan juga perlu penertiban terhadap pagar-pagar listrik yang digunakan untuk melindungi kebun. Sebab, sengatan listrik tidak hanya berbahaya dan menyebabkan kematian satwa, tetapi juga manusia," kata Agus Arianto.

Baca juga: Bentang Seblat harapan terakhir pelestarian gajah Sumatera di Bengkulu
Baca juga: TPFF: Konflik gajah dan warga di Aceh Tengah mulai berkurang
Baca juga: Gajah terakhir di Rohil Riau dievakuasi cegah konflik dengan manusia