Jakarta (ANTARA) - Dirjen Pengelolaan Ruang Laut Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Aryo Hanggono menyatakan bahwa pihaknya berkomitmen untuk secara kebijakan, melakukan transisi menuju ekonomi kelautan berkelanjutan sesuai laporan OECD.

"Laporan tersebut merupakan bagian dari inisiatif sustainable ocean for all oleh OECD yang bertujuan untuk menyediakan analisis komprehensif mengenai transisi menuju ekonomi kelautan berkelanjutan bagi pembuat kebijakan di negara berkembang," kata Aryo Hanggono dalam siaran pers di Jakarta, Jumat.

Baca juga: KKP kembangkan teknologi pembenihan komoditas rajungan berkelanjutan

Aryo mengungkapkan laporan tersebut diharapkan dapat membantu negara berkembang memanfaatkan ekonomi kelautan secara berkelanjutan khususnya di tengah pandemi.

Ia juga menyampaikan bahwa Indonesia berkomitmen pada aspek keberlanjutan dalam pemanfaatan potensi ekonomi sumber daya kelautan dan perikanan.

"Indonesia sedang dalam proses memanfaatkan potensi ekonomi sumber daya kelautan dan perikanan yang belum tergali. Estimasi kami, potensi yang belum tergali bernilai sekitar 1.338 miliar dolar AS per tahun. Ini berasal dari sektor-sektor ekonomi kelautan seperti perikanan budi daya, pariwisata, industri maritim, energi nonkonvensional dan lainnya," jelasnya.

Dirjen Pengelolaan Ruang Laut KKP memaparkan beberapa upaya Indonesia dalam mewujudkan ekonomi kelautan berkelanjutan dituangkan dalam Kebijakan Kelautan Indonesia tahun 2017 berupa antara lain pengurangan sampah laut hingga 70 persen pada tahun 2025, penegakan hukum terhadap IUU fishing, dan perluasan kawasan konservasi laut.

KKP, lanjutnya, juga mendorong sinergi terhadap komitmen internasional dan berkolaborasi dengan semua pemangku kepentingan.

Aryo menyampaikan beberapa peluang seperti potensi sumber daya perikanan dan keanekaragaman hayati yang sangat besar merupakan peluang dasar dan utama bagi Indonesia.

Ia juga mengemukakan salah satu tantangan yang dihadapi adalah inovasi dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti Sistem Informasi Sumber Daya Genetik Ikan Indonesia (SIGENI) dan Pengembangan Usaha Garam Rakyat (PUGAR).

"Indonesia telah membangun Sistem Informasi Sumberdaya Genetik Ikan Indonesia, SIGENI. Sistem ini dibangun sebagai inovasi untuk memenuhi pentingnya data genetik ikan yang mudah diakses. Inovasi lainnya adalah sistem produksi garam berbasis masyarakat, yang dikenal sebagai PUGAR. Inovasi ini mengoptimalkan produksi garam sehingga mudah dilakukan oleh masyarakat pesisir," urainya.

Baca juga: Menteri Edhy dukung komitmen pembangunan berkelanjutan Sulawesi Utara
Baca juga: Pengamat: Percepatan perizinan jangan abaikan perikanan berkelanjutan