Masyarakat kelas atas diimbau genjot konsumsi, bantu ekonomi tumbuh
10 September 2020 12:50 WIB
Pedagang menimbang beras jualannya di Pasar Klojen, Malang, Jawa Timur, Kamis (10/9/2020). ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/nz.
Jakarta (ANTARA) - Peneliti dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Ahmad Heri Firdaus mendorong masyarakat ekonomi kelas atas menggenjot konsumsi agar terjadi perbaikan, khususnya dalam mendorong pertumbuhan ekonomi kuartal III-IV tahun 2020.
“Mereka (ekonomi atas) sebenarnya punya uang, punya aset, tapi ditahan tidak untuk konsumsi,” katanya dalam dikusi daring “belanja prioritas tahun pemulihan” di Jakarta, Kamis.
Peneliti muda ini menambahkan perlu pendekatan yang berbeda untuk meningkatkan daya beli masyarakat di semua golongan, sehingga perlu menjadi perhatian pemerintah.
Baca juga: Indef minta pemerintah fokus dorong konsumsi kelas menengah
Menurut dia, data Badan Pusat Statistik (BPS) ada 40 persen masyarakat ekonomi bawah, yang apabila diberikan bantuan sosial atau Bantuan Langsung Tunai (BLT) maka langsung akan dibelanjakan.
Namun, lanjut dia, berbeda dengan kelompok 20 persen masyarakat dengan kemampuan ekonomi lebih tinggi, mereka tidak banyak konsumsi tetapi diarahkan untuk investasi atau menabung.
Ia menilai kelompok atas itu lebih menginginkan kepastian atas kondisi saat ini sehingga ia mengharapkan pemerintah memberikan kepastian agar kelompok elite itu mau membelanjakan uangnya untuk konsumsi.
Caranya, lanjut dia, dengan reformulasi atau mengarahkan kebijakan anggaran yang lebih banyak ke sektor kesehatan untuk mengatasi pandemi COVID-19.
Baca juga: Konsumsi masyarakat turun, BPS harapkan Program PEN dongkrak daya beli
“Setelah itu jika kurva melandai, bagaimana upaya percepatan kegiatan ekonomi bisa mudah dilakukan,” katanya.
Seperti diketahui, berdasarkan data BPS konsumsi berperan kisaran 56 persen terhadap perekonomian Indonesia.
BPS juga menyebutkan di Indonesia, persentase pendapatan kelompok penduduk per Maret 2020 yakni sebanyak 47,25 persen didominasi kelompok 20 persen kelas atas, kemudian 17,25 persen oleh kelompok 40 persen bawah dan sisanya kelompok 40 persen menengah.
Sehingga kelompok 20 persen atas itu, lanjut dia, memiliki potensi besar mendorong konsumsi dengan pendapatan yang lebih besar.
Baca juga: Menkeu: Konsumsi, investasi, dan ekspor kunci pertumbuhan nol persen
Baca juga: Pemerintah pastikan dorong konsumsi untuk cegah resesi
“Mereka (ekonomi atas) sebenarnya punya uang, punya aset, tapi ditahan tidak untuk konsumsi,” katanya dalam dikusi daring “belanja prioritas tahun pemulihan” di Jakarta, Kamis.
Peneliti muda ini menambahkan perlu pendekatan yang berbeda untuk meningkatkan daya beli masyarakat di semua golongan, sehingga perlu menjadi perhatian pemerintah.
Baca juga: Indef minta pemerintah fokus dorong konsumsi kelas menengah
Menurut dia, data Badan Pusat Statistik (BPS) ada 40 persen masyarakat ekonomi bawah, yang apabila diberikan bantuan sosial atau Bantuan Langsung Tunai (BLT) maka langsung akan dibelanjakan.
Namun, lanjut dia, berbeda dengan kelompok 20 persen masyarakat dengan kemampuan ekonomi lebih tinggi, mereka tidak banyak konsumsi tetapi diarahkan untuk investasi atau menabung.
Ia menilai kelompok atas itu lebih menginginkan kepastian atas kondisi saat ini sehingga ia mengharapkan pemerintah memberikan kepastian agar kelompok elite itu mau membelanjakan uangnya untuk konsumsi.
Caranya, lanjut dia, dengan reformulasi atau mengarahkan kebijakan anggaran yang lebih banyak ke sektor kesehatan untuk mengatasi pandemi COVID-19.
Baca juga: Konsumsi masyarakat turun, BPS harapkan Program PEN dongkrak daya beli
“Setelah itu jika kurva melandai, bagaimana upaya percepatan kegiatan ekonomi bisa mudah dilakukan,” katanya.
Seperti diketahui, berdasarkan data BPS konsumsi berperan kisaran 56 persen terhadap perekonomian Indonesia.
BPS juga menyebutkan di Indonesia, persentase pendapatan kelompok penduduk per Maret 2020 yakni sebanyak 47,25 persen didominasi kelompok 20 persen kelas atas, kemudian 17,25 persen oleh kelompok 40 persen bawah dan sisanya kelompok 40 persen menengah.
Sehingga kelompok 20 persen atas itu, lanjut dia, memiliki potensi besar mendorong konsumsi dengan pendapatan yang lebih besar.
Baca juga: Menkeu: Konsumsi, investasi, dan ekspor kunci pertumbuhan nol persen
Baca juga: Pemerintah pastikan dorong konsumsi untuk cegah resesi
Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020
Tags: