Pekanbaru (ANTARA News) - Buntut demonstrasi 100 hari Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono berakhir ricuh di depan Gedung Bank Indonesia Pekanbaru, Kamis, polisi menangkap empat orang aktivis Gerakan Rakyat Riau Menuntut (Gerram).

Keempatnya adalah Tata Maulana dan Usman dari Himpunan Mahasiswa Islam Majelis Penyelamat Organisasi (HMI-MPO) Cabang Pekanbaru, serta Hendra Chaniago dari lembaga swadaya masyarakat Serikat Rakyat Miskin Indonesia (SRMI) Riau dan Antoni Fitra dari organisasi Serikat Tani Riau (STR).

Mereka ditangkap karena diduga memicu terjadinya bentrokan antara polisi dan aktivis Gerram yang marah karena tidak diizinkan masuk menemui pimpinan Bank Indonesia Pekanbaru.

Para aktivis itu langsung dibawa menggunakan mobil polisi menuju Markas Poltabes Pekanbaru yang terletak di Jalan Ahmad Yani, Pekanbaru.

Sekitar dua jam setelah Poltabes Pakanbaru menahan keempat orang aktivis itu, sekitar tiga puluhan massa Gerram yang terdiri dari koalisi berbagai elemen mahasiswa, buruh dan petani di Riau mendatangi Mapoltabes Pekanbaru.

"Kami kemari untuk meminta rekan-rekan kami dibebaskan oleh Polisi, karena bukan kami yang bersalah tetapi Polisi," ujar Koordinator Gerram, Bambang Aswandi, di luar pagar Mapoltabes Pekanbaru.

Menurutnya, Gerram tidak berniat bertindak anarkis. "Kami hanya ingin masuk ke halaman dan bertemu pimpinan Bank Indonesia sampai menunggu hingga ada keputusan pemerintah mengenai kasus Bank Century tetapi dihalang-halangi oleh aparat kepolisian," jelasnya.

Meski masaa Gerram meminta pembebasan keempat rekan mereka, namun belum seorang pimpinan kepolisian di Kota Pekanbaru itu menemui mereka.

Akibat bentrokan itu dua orang anggota Poltabes Pekanbaru yakni Bripka Ade Jaya dan Briptu Dedi Hendra dilaporkan luka ringan di pelipis mata. (*)