Jakarta (ANTARA) - Kementerian Perindustrian mendorong peningkatan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) untuk produk-produk manufaktur Indonesia sebagai upaya untuk mewaspadai kemungkinan terjadinya resesi di Tanah Air.

“Satu-satunya jalan adalah substitusi impor melalui peningkatan TKDN dan peningkatan utilisasi,” kata Sekjen Kemenperin Achmad Sigit Dwiwahjono dihubungi di Jakarta, Rabu.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), impor bahan baku dan penolong mengalami penurunan 17,99 persen pada Januari-Juli 2020 menjadi 60,12 miliar dolar AS dibandingkan periode yang sama tahun lalu yakni 73,31 miliar dolar AS.

Selain itu, impor barang modal juga mengalami penurunan 18,98 persen pada periode yang sama tahun ini menjadi 12,96 miliar dolar AS dibandingkan pada Januari-Juli tahun lalu yang mencapai 16 miliar dolar AS.

Menurut Sigit, penurunan impor tersebut bisa terjadi karena beberapa hal, di antaranya utilisasi industri yang turun akibat pandemi COVID-19 atau juga dikarenakan beberapa proyek-proyek substitusi impor yang selesai di awal 2020.

“Ya ini kan proses yang secara terus menerus akan kita dorong. Kalau dilihat dari data yang ada, penurunan impor sudah mencapai 17,99 persen selama Januari hingga Juli 2020,” ujar Sigit.

Diketahui, Kemenperin fokus menjalankan strategi pencapaian target substitusi impor hingga 35 persen pada 2022 sebagai langkah pemulihan ekonomi nasional yang diwujudkan antara lain melalui peningkatan investasi baru, implementasi peta jalan Making Indonesia 4.0, serta optimalisasi program Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN).

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan, kondisi pandemi COVID-19 membuat Indonesia menyadari perlunya pendalaman struktur industri, sehingga perlu upaya tepat untuk mengatasi ketergantungan impor.

Untuk mencapai target tersebut, Kemenperin akan berkolaborasi dengan para stakeholder atau kementerian dan lembaga terkait untuk menyusun kebijakan dan peraturan ekspor impor dapat dikelola dengan baik guna membangun ekosistem industri yang kondusif sehingga meningkatkan kemandirian sektor manufaktur dalam negeri.

Kemenperin memetakan sektor-sektor industri, yang perlu dipacu sebagai substitusi impor, di antaranya mesin, kimia, logam, elektronik, dan kendaraan bermotor.

"Langkah ini dijalankan secara simultan dengan upaya peningkatan utilisasi produksi seluruh sektor industri pengolahan dengan target hingga mencapai 85 persen pada tahun 2022," kata Menperin.

Baca juga: Kemenperin fokus capai target 35 persen substitusi impor pada 2022
Baca juga: Menperin petakan sektor industri yang dibidik untuk substitusi impor
Baca juga: Menristek: PRN dorong penguatan ekonomi melalui substitusi impor