Ingat, terima bansos jangan untuk beli produk impor
9 September 2020 17:09 WIB
Pekerja menata beras bantuan sosial (bansos) terkait COVID-19 sebelum didistribusikan ke masyarakat di gudang Badan Urusan Logistik (Bulog) Subdivre Kediri, Jawa Timur, Rabu (2/9/2020). ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani/aww/aa.
Jakarta (ANTARA) - Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira mengingatkan agar masyarakat yang menerima bantuan sosial berupa Bantuan Langsung Tunai (BLT) karena terdampak pandemi COVID-19 agar tidak membelanjakannya untuk membeli produk impor.
“Dengan mendukung kampanye seperti ‘Beli Produk Teman’ itu uangnya akan mengalir lagi ke dalam negeri. Karena kalau masyarakat dikasi uang untuk membeli produk impor, itu akan menguras devisa kita,” kata Bhima saat dihubungi di Jakarta, Rabu.
Bhima memaparkan, anggaran berupa bantuan sosial dari pemerintah untuk masyarakat terdampak pandemi dapat berperan dalam mendongkrak daya beli masyarakat yang tengah turun saat ini.
Sehingga, apabila anggaran tersebut direalisasikan dengan maksimal, dan masyarakat membelanjakan dana bantuan itu untuk produk nasional, maka perekonomian akan bergerak.
“Kalau realisasi bansosnya maksimal maka daya beli masyarakat akan terdorong maksimal juga,” kata Bhima.Hal
tersebut, lanjut Bhima, dapat menjadi salah satu cara untuk menekan kemungkinan terjadinya resesi di tanah air.
Pada kondisi perekonomian saat ini, Bhima menyebut bahwa pelaku usaha, terutama Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) perlu mengantisipasinya dengan berbagai cara, salah satunya yakni melakukan efisiensi dan efektivitas produksi.
“Buat pengusaha UMKM itu disarankan untuk melakukan down sizing. Down sizing itu adalah upaya untuk menurunkan kualitas dan kuantitas produk, sehingga bisa terjangkau dengan daya beli masyarakat,” ujar Bhima.
Selain itu, pelaku usaha juga didorong untuk memberikan berbagai macam promo, salah satunya berupa potongan harga.
Sedangkan, pengusaha besar, terutama yang berorientasi ekspor, dinilai perlu membaca pasar-pasar yang dengan cepat mengalami pemulihan.
“Berikutnya yang penting adalah market intelligent. Hal ini berkaitan dengan produk apa yang diminta, berapa banyaknya, spesifikasinya seperti apa. Karena pasar di China berbeda dengan di Eropa dan Afrika,” kata Bhima.
Baca juga: Presiden pastikan pemberian bansos berlanjut tahun depan
Baca juga: Bamsoet minta KPK ikut awasi realisasi anggaran penanganan COVID-19
Baca juga: Legislator: Utamakan bansos secara tunai agar RI terhindar dari resesi
Baca juga: Teten: Pemerintah komitmen dukung kegiatan UMKM agar tidak berhenti
“Dengan mendukung kampanye seperti ‘Beli Produk Teman’ itu uangnya akan mengalir lagi ke dalam negeri. Karena kalau masyarakat dikasi uang untuk membeli produk impor, itu akan menguras devisa kita,” kata Bhima saat dihubungi di Jakarta, Rabu.
Bhima memaparkan, anggaran berupa bantuan sosial dari pemerintah untuk masyarakat terdampak pandemi dapat berperan dalam mendongkrak daya beli masyarakat yang tengah turun saat ini.
Sehingga, apabila anggaran tersebut direalisasikan dengan maksimal, dan masyarakat membelanjakan dana bantuan itu untuk produk nasional, maka perekonomian akan bergerak.
“Kalau realisasi bansosnya maksimal maka daya beli masyarakat akan terdorong maksimal juga,” kata Bhima.Hal
tersebut, lanjut Bhima, dapat menjadi salah satu cara untuk menekan kemungkinan terjadinya resesi di tanah air.
Pada kondisi perekonomian saat ini, Bhima menyebut bahwa pelaku usaha, terutama Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) perlu mengantisipasinya dengan berbagai cara, salah satunya yakni melakukan efisiensi dan efektivitas produksi.
“Buat pengusaha UMKM itu disarankan untuk melakukan down sizing. Down sizing itu adalah upaya untuk menurunkan kualitas dan kuantitas produk, sehingga bisa terjangkau dengan daya beli masyarakat,” ujar Bhima.
Selain itu, pelaku usaha juga didorong untuk memberikan berbagai macam promo, salah satunya berupa potongan harga.
Sedangkan, pengusaha besar, terutama yang berorientasi ekspor, dinilai perlu membaca pasar-pasar yang dengan cepat mengalami pemulihan.
“Berikutnya yang penting adalah market intelligent. Hal ini berkaitan dengan produk apa yang diminta, berapa banyaknya, spesifikasinya seperti apa. Karena pasar di China berbeda dengan di Eropa dan Afrika,” kata Bhima.
Baca juga: Presiden pastikan pemberian bansos berlanjut tahun depan
Baca juga: Bamsoet minta KPK ikut awasi realisasi anggaran penanganan COVID-19
Baca juga: Legislator: Utamakan bansos secara tunai agar RI terhindar dari resesi
Baca juga: Teten: Pemerintah komitmen dukung kegiatan UMKM agar tidak berhenti
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2020
Tags: