Washington (ANTARA News/AFP) - Presiden Amerika Serikat Barack Obama , Rabu memperingatkan Iran dan Korea Utara bahwa kedua negara itu akan semakin dikucilkan jika mereka tetap melaksanakan program senjata nuklir sementara ia menyorot visinya bagi satu dunia bebas dari senjata penghancur masal.

Obama, yang menghadapi kecaman yang semakin luas dari kebijakannya untuk meningkatkan perang di Afghanistan, menunjukkan pada usaha-usaha anti nuklirnya dalam pidato tahunan di Kongres sebagian besar ditujukan pada bagaimana menghidupkan kembali ekonomi Amerika Serikat yang menghadapi kesulitan.

"Walaupun kita melaksanakan dua perang , kita juga barangkali menghadapi bahaya yang paling besar bagi rakyat Amerika-- ancaman senjata nuklir," kata Obama dalam pidato kenegaraannya .

Obama mengatakan bahwa diplomasinya terhadap senjata nuklir "memperkuat kekuasaan kita dalam menangani negara-negara itu yang melanggar perjanjian-perjanjian internasional karena tetap berusaha memiliki senjata-senjata ini."

"Karena itu masyarakat internasional lebih bersatu , dan Republik Islam Iran akan lebih terkucil," katanya

"Dan karena para pemimpin Iran tetap mengabaikan kewajiban-kewajiban mereka , maka sudah pasti mereka juga akan menghadapi konsekuensi-konsekuensi yang bertambah besar.

Obama dalam satu pidato tahun lalu di Praha dengan tegas menyerukan AS-- satu-satunya negara yang telah menggunakan senjata-senjata nuklir dalam perang-- untuk menetapkan jalan bagi diakhirinya senjata-senjata pemusnah massal.

Ia menunjuk pada kemajuan dalam usaha mencapai satu perjanjian baru mengenai perlucutan senjata dengan Rusia. Perundingan-perundingan dimulai kembali Senin di Jenewa mengenai pengganti Perjanjian Pengurangan Senjata Strategis (START) yang pertama disetujui tahun 1991 dan berakhir bulan lalu.

"Untuk mengurangi cadangan-cadangan dan peluncur , sementara menjamin daya tangkal kami , Amerika Serikat dan Rusia akan merampungkan perundingan mengenai perjanjian pengendalian senjata dalam hampir dua dasawarsa," kata Obama.

Ia mengemukakan hal itu pada saat Korut melakukan pelatihan penembakan artileri untuk hari kedua dekat perbatasan laut yang tegang dengan Korea selatan , mengabaikan permintaan-permintaan AS untuk menghentikan pelatihan "yang provokatif" itu.

AS memimpin satu usaha internasional untuk memperberat snksi-sanksi terhadap Korut tahun lalu setelah negara komunis itu melancarkan uji coba senjata nuklir keduanya .

Menyinggung Iran, Obama menawarkan dialog untuk mengakhiri permusuhan selama tiga dasawarsa sejak revolusi Islam tahun 1979 yang menggulingkan pemerintah Shah yang pro Barat.

Tetapi pemerintah AS semakin kecewa dengan tanggapan Iran dan menduga pemerintah negara itu sedang berusaha membangun senjata-senjata nuklir dengan mengabaikan imbauan-imbauan internasional.(*)