Pewarta senior ANTARA: Jakob Oetama figur yang peduli pendidikan pers
9 September 2020 16:32 WIB
Pemimpin harian umum Kompas Jakob Oetama berpose di depan sebuah lukisan yang berjudul "Anak-Anak Di Ibu Kota" karya Dede Eri Supria pada pembukaan pameran lukisan koleksi Bentara Budaya di Bentara Budaya, Jakarta, Kamis (5/8/2004). Dalam acara tersebut disertakan peluncuran buku bertemakan"Perjalanan Seni Lukis Indonesia Koleksi Bentara Budaya", pameran tersebut berlangsung hingga 14 Agustus mendatang. ANTARA FOTO/Str-Frans/wsj.
Jakarta (ANTARA) - Pewarta senior Lembaga Kantor Berita Nasional ANTARA Priyambodo RH menyebut pendiri Kompas Gramedia dan Pemimpin Umum Harian Kompas Jakob Oetama sebagai figur yang sangat peduli dengan dunia pendidikan, terutama pendidikan pers.
"Setiap akan berpisah dengan saya kalau selesai melaporkan kegiatan Lembaga Pers Dr Soetomo (LPDS), Pak Jakob Oetama selaku pendiri dan Ketua Dewan Pembina selalu mengatakan, if you need something call me ya," kata Priyambodo mengenang mendiang Jakob Oetama di Jakarta, Rabu.
Bob, panggilan akrab Priyambodo, mengatakan dirinya selalu melaporkan kegiatan LPDS pada 2008 hingga 2018 kepada Jakob. Bob pada saat itu menjabat sebagai direktur eksekutif. LPDS yang didirikan pada 23 Juli 1988 dibawah naungan Yayasan Pendidikan Multimedia Adinegoro (YPMA).
Menurut Bob, Jakob senantiasa mengingatkan tentang arti penting masyarakat Indonesia yang lebih berbudaya membaca, selain budaya menonton.
Pendiri Kompas Gramedia dan Pemimpin Umum Harian Kompas Jakob Oetama meninggal dunia pada Rabu (9/9) pukul 13.05 WIB di Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading, Jakarta.
Bagaimana Kompas sepeninggal Jakob? Bob mengatakan sering mendampingi Jakob ketika ditanya mengenai hal itu, baik oleh wartawan muda maupun wartawan senior.
"Saya asalnya guru yang menjadi wartawan. Kompas sejak awal bukan hanya membuat koran, tetapi juga membangun sistem menjadi guru, memberikan informasi kepada publik melalui cara-cara jurnalistik. Sistem ini sudah terbentuk dan saya percaya generasi muda Kompas bisa mengaktualkannya," kata Bob menirukan jawaban Jakob terkait pertanyaan tersebut.
Menurut Bob, interaksinya dengan Jakob yang cukup sering, termasuk saat mendampingi berdialog dengan wartawan muda maupun wartawan senior, terutama dalam forum LPDS maupun Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), sehingga membuat jawaban Jakob tersebut terkenang dalam ingatannya.
"Hal itu saya catat dan tidak terasa menjadi hafal di luar kepala," ujarnya.
Hal lain yang Bob kenang dari sosok Jakob adalah sangat peduli dengan kesejahteraan wartawan. Setiap kali memimpin rapat YPMA, Jakob selalu mengulas tiga hal, yaitu perkembangan pers secara global dan regional, kehidupan pers nasional serta kesejahteraan wartawan, selain kegiatan pendidikan dan pelatihan yang bisa LPDS adakan untuk wartawan.
"Bagaimana LPDS bisa membuat kegiatan pendidikan dan pelatihan agar wartawan semakin cerdas sekaligus tidak susah hidupnya, bahkan setelah pensiun dari perusahaan pers," tutur Bendahara Umum YPMA itu.
Jakob selalu mengingatkan bahwa bisnis pers adalah bisnis yang menaati kode etik jurnalistik dan bisnis bahasa untuk mencerdaskan bangsa Indonesia.
"Beliau meyakini masyarakat yang cerdas memerlukan media massa yang cerdas dan diawaki oleh wartawan yang juga cerdas," kata Bob.
Baca juga: Rumah duka Jakob Oetama mulai ramai wartawan
Baca juga: Parni Hadi nilai Jakob Oetama guru besar, mata air wartawan Indonesia
Baca juga: Jenazah Jakob Oetama disemayamkan di Gedung Kompas Gramedia
Baca juga: Pendiri Kompas Gramedia Jakob Oetama tutup usia
"Setiap akan berpisah dengan saya kalau selesai melaporkan kegiatan Lembaga Pers Dr Soetomo (LPDS), Pak Jakob Oetama selaku pendiri dan Ketua Dewan Pembina selalu mengatakan, if you need something call me ya," kata Priyambodo mengenang mendiang Jakob Oetama di Jakarta, Rabu.
Bob, panggilan akrab Priyambodo, mengatakan dirinya selalu melaporkan kegiatan LPDS pada 2008 hingga 2018 kepada Jakob. Bob pada saat itu menjabat sebagai direktur eksekutif. LPDS yang didirikan pada 23 Juli 1988 dibawah naungan Yayasan Pendidikan Multimedia Adinegoro (YPMA).
Menurut Bob, Jakob senantiasa mengingatkan tentang arti penting masyarakat Indonesia yang lebih berbudaya membaca, selain budaya menonton.
Pendiri Kompas Gramedia dan Pemimpin Umum Harian Kompas Jakob Oetama meninggal dunia pada Rabu (9/9) pukul 13.05 WIB di Rumah Sakit Mitra Keluarga Kelapa Gading, Jakarta.
Bagaimana Kompas sepeninggal Jakob? Bob mengatakan sering mendampingi Jakob ketika ditanya mengenai hal itu, baik oleh wartawan muda maupun wartawan senior.
"Saya asalnya guru yang menjadi wartawan. Kompas sejak awal bukan hanya membuat koran, tetapi juga membangun sistem menjadi guru, memberikan informasi kepada publik melalui cara-cara jurnalistik. Sistem ini sudah terbentuk dan saya percaya generasi muda Kompas bisa mengaktualkannya," kata Bob menirukan jawaban Jakob terkait pertanyaan tersebut.
Menurut Bob, interaksinya dengan Jakob yang cukup sering, termasuk saat mendampingi berdialog dengan wartawan muda maupun wartawan senior, terutama dalam forum LPDS maupun Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), sehingga membuat jawaban Jakob tersebut terkenang dalam ingatannya.
"Hal itu saya catat dan tidak terasa menjadi hafal di luar kepala," ujarnya.
Hal lain yang Bob kenang dari sosok Jakob adalah sangat peduli dengan kesejahteraan wartawan. Setiap kali memimpin rapat YPMA, Jakob selalu mengulas tiga hal, yaitu perkembangan pers secara global dan regional, kehidupan pers nasional serta kesejahteraan wartawan, selain kegiatan pendidikan dan pelatihan yang bisa LPDS adakan untuk wartawan.
"Bagaimana LPDS bisa membuat kegiatan pendidikan dan pelatihan agar wartawan semakin cerdas sekaligus tidak susah hidupnya, bahkan setelah pensiun dari perusahaan pers," tutur Bendahara Umum YPMA itu.
Jakob selalu mengingatkan bahwa bisnis pers adalah bisnis yang menaati kode etik jurnalistik dan bisnis bahasa untuk mencerdaskan bangsa Indonesia.
"Beliau meyakini masyarakat yang cerdas memerlukan media massa yang cerdas dan diawaki oleh wartawan yang juga cerdas," kata Bob.
Baca juga: Rumah duka Jakob Oetama mulai ramai wartawan
Baca juga: Parni Hadi nilai Jakob Oetama guru besar, mata air wartawan Indonesia
Baca juga: Jenazah Jakob Oetama disemayamkan di Gedung Kompas Gramedia
Baca juga: Pendiri Kompas Gramedia Jakob Oetama tutup usia
Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2020
Tags: