Singapura, (ANTARA News) - Harga minyak turun tetapi masih tetap berada di atas 74 dolar per barel di perdagangan Asia Rabu, karena permintaan yang tidak menentu telah memaksa investor selalu waspada terhadap beberapa kebijakan ekonomi akhir-akhir ini di Amerika Serikat dan China.

Kontrak berjangka utama New York untuk minyak mentah jenis light sweet pengiriman Maret turun 18 sen menjadi 74,53 dolar per barel. Sementara dalam perdagangan `intraday` Selasa, kontrak turun ke posisi 73,82 dolar per barel, tingkat terendahnya sejak 2 Desember 2009, sebagaimana dikutip dari AFP.

Minyak mentah jenis Brent North Sea juga untuk pengiriman Maret turun 22 sen menjadi 73,07 dolar per barel.

Pasar tetap diperberat oleh melemahnya permintaan setelah American Petroleum Institute (API) melaporkan Selasa tentang cadangan minyak mentahnya yang mencapai 2,2 juta barel.

Analis mengatakan bahwa para investor memperkirakan suatu gambaran jelas mengenai permintaan minyak yang menurun pada saat Departemen Energi AS (DoE) menerbitkan laporan mingguannya mengenai inventaris energi pada Rabu malam.

Permintaan minyak di Amerika Serikat terus dimonitor oleh pasar karena negara itu merupakan konsumen energi terbesar dunia. Di mana juga dikhawatirkan bahwa permintaan energi di China akan melonjak setelah pemerintah mengambil berbagai langkah untuk memperlamban pertumbuhan ekonomi yang cepat negara itu di tengah kehhawatiran lonjakan inflasi.

China merupakan konsumen energi terbesar ke dua dunia setelah Amerika Serikat.

Harga minyak melemah di tengah makin tingginya kekhawatiran seputar langkah-langkah China untuk memperketat pinjaman bank serta setelah Presiden Amerika Serikat Barack Obama menyampaikan beberapa rencana untuk memperketat sektor finansial AS.(*)