Jakarta (ANTARA News) - Banyaknya jalan rusak sebelum waktunya ditengarai karena penggunaan jalan yang tidak sesuai ketentuan seperti melebihi tonase (bobot kendaraan) yang diizinkan.

Kepala Dinas Pekerjaan Umum DKI Budi Widiantoro mengakui beban berlebih kendaraan itu mungkin menjadi salah satu penyebab cepat rusaknya jalan di Jakarta karena mayoritas jalan hanya dipersiapkan untuk menahan bobot kendaraan 10 ton namun dilewati truk dan kontainer hingga 40 ton.

"Beban berlebih ini mengakibatkan usia jalan jadi pendek. Usia yang mestinya mencapai lima tahun, bisa terpangkas menjadi setengahnya," kata Budi di Jakarta, Selasa.

Ia mencontohkan jalan arteri beban maksimalnya adalah 10 ton namun kadang-kadang truk besar dan kontainer 40 feet berbobot maksimal 42 ton melewati jalan tersebut.

Pengamat Perkotaan dari Universitas Trisakti Yayat Supriatna menuding banyaknya kendaraan melebihi batas tonase itu dan merusak jalan adalah karena pengawasan lemah dari Dinas Perhubungan.

Pengawasan lemah itu terutama disebabkan karena banyak oknum aparat yang melakukan pungutan liar (pungli) terhadap para pengemudi kendaraan besar itu untuk membiarkan mereka melewati jalan pintas namun seharusnya dilarang.

"Tak heran jika banyak jalan di Jakarta yang rusak, terutama jalan lokal. Karena, beban yang diterima jauh dari kemampuan jalan," ujar Yayat.

Yayat mencontohkan kontainer yang mestinya hanya boleh melewati jalan kelas nasional, di lapangan juga melewati jalan lokal yang sebetulnya dipersiapkan untuk kendaraan pribadi atau berbobot maksimal 2,5 ton.

Penegakan aturan batasan tonase disebut Yayat akan dapat mengurangi dampak jalan rusak akibat kendaraan besar ini dan Dishub diminta untuk menertibkan aparatnya yang nakal.

"Dan berikan juga sanksi tegas bagi supir yang nekat melanggar, jangan malah dipungli," katanya.

Selain itu, ia menilai masih sangat kurang rambu-rambu larangan dan rambu pemberitahuan mengenai jenis kendaraan yang boleh melintasi ruas jalan tertentu.

Sementara pengamat transportasi dari Instran, Darmaningtyas juga menuding pengerjaan aspal jalan yang buruk juga menyumbang andil bagi kerusakan dini jalanan.

"Buktinya jalan tol tidak pernah rusak meskipun dilintasi truk bermuatan besar," ujar Darmaningtyas.

Cara pencegahan jalan rusak disebut Darmaningtyas adalah dengan melakukan betonisasi jalan yang meskipun biayanya lebih besar namun biaya perawatan akan lebih murah.

"Betonisasi ini akan membuat anggaran efisien," katanya.

Jaringan jalan di Jakarta berdasarkan fungsinya terbagi menjadi enam jenis, termasuk jalan lokal yakni jalan tol seluas 2,4 juta meter persegi, jalan arteri primer (2,2 juta meter persegi), jalan kolektor primer (0,2 juta meter persegi), jalan arteri sekunder (8,3 juta meter persegi), jalan kolektor sekunder (6,9 juta meter persegi) dan jalan lokal (20,9 juta meter persegi).

Sementara dari segi perawatan, jalan tol, arteri primer dan kolektor primer adalah jalan nasional yang menjadi tanggung jawab pusat sedangkan jalan lokal, arteri sekunder dan kolektor sekunder adalah jalan provinsi yang menjadi tanggung jawab Pemprov.

Saat ini, menurut Budi Widiantoro, sedikitnya 150 ribu meter persegi atau satu persen jalan arteri di ibu kota rusak karena genangan air merusak lapisan aspal.

Total jalan arteri di Jakarta adalah 15 juta meter persegi sementara total jalan adalah 40 juta meter persegi yang terdiri atas jalan yang menjadi tanggung jawab pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Selain kerusakan aspal, sedikitnya lima persen jalan arteri atau sekurangnya 750 ribu meter persegi bergelombang karena dibuat dari aspal "hot mix" sehingga saat tergenang air mudah berlubang dan bergelombang.

Sementara itu, Dinas PU menyatakan akan mengganti aspal "hot mix" yang digunakan selama ini dengan aspal beton yang lebih kuat tapi rencana itu tidak dapat segera dikerjaan karena pengerjaannya membutuhkan waktu lama sehingga membutuhkan perhitungan pengaturan lalu lintas yang cermat.

"Proses pengerjaannya sekitar 28 hari, tapi kalau jalan ditutup selama itu maka lalu lintas akan terganggu," kata Budi.

Berdasarkan data Dinas PU DKI, jalan telah diperbaiki mencapai luas 858.817 meter persegi. Sejumlah 2.882 meter persegi diantaranya diperbaiki dengan betonisasi lantaran kerusakannya sangat parah seperti di Jalan Kwitang, Jalan Matraman Raya, Jalan RE. Martadinata, Jalan Yos Sudarso dan Jalan Warung Buncit.

Sedangkan 18.582 meter persegi jalan yang lain diperbaiki dengan melakukan pelapisan (layer). (*)