BMKG catat 17 wilayah masuk zona puncak kemarau
7 September 2020 21:17 WIB
Petani memotong sisa padi di lahan pertanian yang kering di Desa Lulut, Nambo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis (3/9/2020). ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/aww.
Makassar (ANTARA) - Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah IV Makassar mencatat dari 24 kabupaten/kota di Sulawesi Selatan sebanyak 17 wilayah diantaranya sudah memasuki zona musim puncak kemarau.
Hal itu dikemukakan Kepala Balai Besar BMKG Wilayah IV, Makassar Darmawan di Makassar, Senin.
Berdasarkan data BMKG Wilayah IV diketahui, hampir seluruh wilayah Sulsel telah memasuki musim kemarau. Hanya sebagian kecil masih hujan, sedang puncak musim kemarau diperkirakan baru berakhir September 2020 mendatang.
Darmawan mengatakan, hasil monitoring BMKG hampir wilayah Sulsel mulai mengering dan memasuki hari tanpa hujan berturut-turut (HTH) pada kategori Pendek (6-10 hari).
Baca juga: BPBD Sulsel: Enam kabupaten terdampak cuaca ekstrim
Baca juga: 345 rumah rusak dampak cuaca ekstrem di Sulsel
Hal itu menggambarkan bahwa di lokasi tersebut terjadi hujan pada 6-10 hari yang lalu, walaupun intensitasnya tidak begitu banyak atau sangat rendah tidak melebihi 50mm.
Sementara itu, Prakirawan Stasiun Klimatologi Maros, Sulsel Endang Abdurrohim menambahkan sekarang sudah tidak terjadi hujan. Kalau pun terjadi hujan, tapi tak melebihi 50mm minimal dalam 3 dasarian atau satu bulan.
BMKG mencatat hingga kini masih ada 7 daerah yang belum masuk musim kemarau umumnya berada di wilayah sulsel bagian utara seperti Kabupaten Tana Toraja, Toraja Utara, Luwu, Luwu Utara dan sebagian wilayah Kota Pare pare, Kabupaten Sidrap dan Pinrang.
Menanggapi kondisi musim kemarau, salah seorang petani di Kabupaten Maros yang terdampak musim kekeringan Daeng Tollah mengatakan sebagian petani tidak bisa berbuat apa-apa saat ini, karena tidak ada air saluran irigasi dan sungai-sungai juga semakin kering.
"Biasanya pada musim seperti ini, kami tidak menanam padi tetapi tanaman palawijaya yang hanya membutuhkan air secukupnya. Namun, kali ini, tidak menanam palawija juga, karena tidak ada air untuk menyiram tanaman," katanya.*
Baca juga: 11 kabupaten di Sulsel terdampak cuaca ekstrem
Baca juga: Wapres: bencana Sulsel disebabkan cuaca dan kerusakan lingkungan
Hal itu dikemukakan Kepala Balai Besar BMKG Wilayah IV, Makassar Darmawan di Makassar, Senin.
Berdasarkan data BMKG Wilayah IV diketahui, hampir seluruh wilayah Sulsel telah memasuki musim kemarau. Hanya sebagian kecil masih hujan, sedang puncak musim kemarau diperkirakan baru berakhir September 2020 mendatang.
Darmawan mengatakan, hasil monitoring BMKG hampir wilayah Sulsel mulai mengering dan memasuki hari tanpa hujan berturut-turut (HTH) pada kategori Pendek (6-10 hari).
Baca juga: BPBD Sulsel: Enam kabupaten terdampak cuaca ekstrim
Baca juga: 345 rumah rusak dampak cuaca ekstrem di Sulsel
Hal itu menggambarkan bahwa di lokasi tersebut terjadi hujan pada 6-10 hari yang lalu, walaupun intensitasnya tidak begitu banyak atau sangat rendah tidak melebihi 50mm.
Sementara itu, Prakirawan Stasiun Klimatologi Maros, Sulsel Endang Abdurrohim menambahkan sekarang sudah tidak terjadi hujan. Kalau pun terjadi hujan, tapi tak melebihi 50mm minimal dalam 3 dasarian atau satu bulan.
BMKG mencatat hingga kini masih ada 7 daerah yang belum masuk musim kemarau umumnya berada di wilayah sulsel bagian utara seperti Kabupaten Tana Toraja, Toraja Utara, Luwu, Luwu Utara dan sebagian wilayah Kota Pare pare, Kabupaten Sidrap dan Pinrang.
Menanggapi kondisi musim kemarau, salah seorang petani di Kabupaten Maros yang terdampak musim kekeringan Daeng Tollah mengatakan sebagian petani tidak bisa berbuat apa-apa saat ini, karena tidak ada air saluran irigasi dan sungai-sungai juga semakin kering.
"Biasanya pada musim seperti ini, kami tidak menanam padi tetapi tanaman palawijaya yang hanya membutuhkan air secukupnya. Namun, kali ini, tidak menanam palawija juga, karena tidak ada air untuk menyiram tanaman," katanya.*
Baca juga: 11 kabupaten di Sulsel terdampak cuaca ekstrem
Baca juga: Wapres: bencana Sulsel disebabkan cuaca dan kerusakan lingkungan
Pewarta: Suriani Mappong
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020
Tags: