Yogyakarta bersiap menuju wisata berbasis kualitas pada masa pandemi
7 September 2020 16:12 WIB
Wisatawan mengunjungi Kompleks Taman Wisata Candi Keraton Ratu Boko di Prambanan, Sleman, DI Yogyakarta, Jumat (3/7/2020). Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menyiapkan protokol "Cleanliness, Health and Safety" (CHS) untuk diimplementasikan di setiap destinasi pariwisata dalam menyongsong era normal baru sebagai upaya pemulihan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif yang terdampak pandemi COVID-19. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah/aww.
Yogyakarta (ANTARA) - Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta meminta pengelola destinasi di lima kabupaten/kota bersiap menerapkan konsep pariwisata berbasis kualitas untuk menghidupkan sektor tersebut pada masa pandemi.
"Sekarang ini, kita menyiapkan diri untuk menuju strategi quality tourism karena untuk konsep pariwisata massal kan sebelum pandemi ya," kata Kepala Dinas Pariwisata DIY Singgih Raharjo di Yogyakarta, Senin.
Baca juga: Enam hotel di Yogyakarta terverifikasi penuhi protokol kesehatan
Singgih mengatakan pariwisata berbasis kualitas tidak lagi mementingkan jumlah wisatawan yang datang. Akan tetapi, dengan menerapkan konsep itu disertai dengan protokol kesehatan yang ketat, nilai ekonominya diharapkan tetap bisa diperoleh lebih tinggi.
Untuk menuju pariwisata berbasis kualitas, menurut dia, banyak hal yang harus dipersiapkan dan diperbaiki. Mulai dari kualitas layanan, higienitas hidangan atau kuliner, akses transportasi darat, layanan hotel, hingga keberadaan narasi budaya pada setiap destinasi.
"Kalau daya tarik sama tetapi layanan lebih bagus, maka kita bisa jual lebih tinggi lagi karena punya nilai tambah," kata dia.
Keberadaan narasi pada setiap destinasi wisata, menurut dia, cukup penting. Wisatawan tidak lagi hanya mengandalkan spot foto, tetapi ke depan mereka akan memperoleh pengetahuan baru serta pengalaman budaya Yogyakarta.
Untuk memperkuat kesiapan menuju pariwisata berbasis kualitas, menurut Singgih, Dispar DIY akan memberikan pelatihan kepada para pengelola maupun pemandu wisata terkait pelayanan, tentang keistimewaan DIY, budaya, hingga membuat narasi cerita yang baik.
"Narasi itu tidak perlu cari-cari, tinggal menyusun kembali," kata dia.
Tidak hanya itu, menurut dia, menyusul telah diresmikannya Bandara Yogyakarta International Airport (YIA), seluruh pengelola destinasi wisata juga telah diminta mempersiapkan pelayanan dengan standar internasional.
"Berkelas dunia tidak harus yang bangunannya mewah, tapi bisa menghadirkan budaya, menghadirkan daya tarik yang unik yang tidak semua tempat punya," katanya.
Ia meyakini keberadaan YIA memberikan nilai tambah bagi DIY, utamanya dari sisi aksesibilitas dengan kualitas landasan nomor satu di Indonesia.
Meski demikian, Singgih tidak ingin terburu-buru menetapkan target peningkatan kunjungan wisata di DIY karena pandemi COVID-19 belum usai.
"Harapan saya tentu pandemi segera selesai dulu. Sebelum pandemi selesai ya kita belum bisa bergerak maksimal," kata dia.
Baca juga: Presiden Jokowi resmikan Bandara YIA senilai Rp11,3 triliun
Baca juga: YIA diyakini wujudkan DIY tujuan wisata terkemuka Asia Tenggara
"Sekarang ini, kita menyiapkan diri untuk menuju strategi quality tourism karena untuk konsep pariwisata massal kan sebelum pandemi ya," kata Kepala Dinas Pariwisata DIY Singgih Raharjo di Yogyakarta, Senin.
Baca juga: Enam hotel di Yogyakarta terverifikasi penuhi protokol kesehatan
Singgih mengatakan pariwisata berbasis kualitas tidak lagi mementingkan jumlah wisatawan yang datang. Akan tetapi, dengan menerapkan konsep itu disertai dengan protokol kesehatan yang ketat, nilai ekonominya diharapkan tetap bisa diperoleh lebih tinggi.
Untuk menuju pariwisata berbasis kualitas, menurut dia, banyak hal yang harus dipersiapkan dan diperbaiki. Mulai dari kualitas layanan, higienitas hidangan atau kuliner, akses transportasi darat, layanan hotel, hingga keberadaan narasi budaya pada setiap destinasi.
"Kalau daya tarik sama tetapi layanan lebih bagus, maka kita bisa jual lebih tinggi lagi karena punya nilai tambah," kata dia.
Keberadaan narasi pada setiap destinasi wisata, menurut dia, cukup penting. Wisatawan tidak lagi hanya mengandalkan spot foto, tetapi ke depan mereka akan memperoleh pengetahuan baru serta pengalaman budaya Yogyakarta.
Untuk memperkuat kesiapan menuju pariwisata berbasis kualitas, menurut Singgih, Dispar DIY akan memberikan pelatihan kepada para pengelola maupun pemandu wisata terkait pelayanan, tentang keistimewaan DIY, budaya, hingga membuat narasi cerita yang baik.
"Narasi itu tidak perlu cari-cari, tinggal menyusun kembali," kata dia.
Tidak hanya itu, menurut dia, menyusul telah diresmikannya Bandara Yogyakarta International Airport (YIA), seluruh pengelola destinasi wisata juga telah diminta mempersiapkan pelayanan dengan standar internasional.
"Berkelas dunia tidak harus yang bangunannya mewah, tapi bisa menghadirkan budaya, menghadirkan daya tarik yang unik yang tidak semua tempat punya," katanya.
Ia meyakini keberadaan YIA memberikan nilai tambah bagi DIY, utamanya dari sisi aksesibilitas dengan kualitas landasan nomor satu di Indonesia.
Meski demikian, Singgih tidak ingin terburu-buru menetapkan target peningkatan kunjungan wisata di DIY karena pandemi COVID-19 belum usai.
"Harapan saya tentu pandemi segera selesai dulu. Sebelum pandemi selesai ya kita belum bisa bergerak maksimal," kata dia.
Baca juga: Presiden Jokowi resmikan Bandara YIA senilai Rp11,3 triliun
Baca juga: YIA diyakini wujudkan DIY tujuan wisata terkemuka Asia Tenggara
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2020
Tags: