OJK bagikan tips kelola uang untuk milenial hadapi pandemi
7 September 2020 13:14 WIB
Tangkapan layar Anggota Dewan Komisioner Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK Tirta Segara dalam webinar Indonesia Millenials Financial Summit di Jakarta, Senin (7/9/2020). (ANTARA/Dewa Wiguna)
Jakarta (ANTARA) - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membagikan tips dalam mengelola keuangan khususnya bagi generasi milenial agar kondisi finansial tetap terjaga khususnya saat menghadapi pandemi COVID-19.
“Menabung harus dibiasakan. Jika kebiasaan baik ini dijaga terus menerus ini akan menjadi habit, jadi budaya hemat, tidak boros,” kata Anggota Dewan Komisioner OJK Tirta Segara dalam webinar Indonesia Millenials Financial Summit di Jakarta, Senin.
Menurut dia, milenial termasuk mahasiswa yang keuangannya masih didukung orangtua, diimbau untuk menyisihkan sebagian uangnya untuk menabung atau investasi.
Baca juga: OJK tebar insentif untuk pembiayaan kendaraan ramah lingkungan
Menabung dalam bentuk uang, kata dia, bersifat likuid atau mudah dicairkan namun imbal hasilnya rendah.
Tak hanya dalam bentuk uang, menabung juga bisa dalam bentuk emas yang juga likuid atau bisa dijual setiap saat dan dalam jangka panjang, lanjut dia, tren harganya selalu naik.
Harga emas per 7 September 2020 per gram sudah mencapai Rp1.020.000.
Dalam jangka panjang, kata dia, juga ada pilihan saham dan reksa dana namun reksa dana saat ini sedang naik turun alias fluktuatif.
Baca juga: OJK: Pengawasan industri keuangan terintegrasi harus dalam satu wadah
Ada juga tabungan jangka panjang yang digunakan untuk uang muka membeli rumah yang kini juga banyak ditawarkan perbankan.
“Kalau ada penghasilan itu harus dipotong untuk ditabung dulu baru sisanya dibelanjakan. Banyak orang salah, nabung kalau ada sisa lebih, tapi kenyataannya uang sudah habis duluan,” imbuhnya.
Selain menabung, milenial perlu membedakan kebutuhan dan keinginan caranya dengan menyusun daftar prioritas yang paling dibutuhkan.
Baca juga: OJK sebut masih solid di tengah rencana pengawasan bank kembali ke BI
Selanjutnya, milenial harus bijak dalam berutang dan lebih diutamakan utang yang sifatnya untuk produktif atau memberikan pemasukan.
“Utang itu artinya uang tidak cukup, perlu pinjam oleh karena itu jangan dipaksakan, harus dihitung kalau bisa yang produktif, jangan konsumtif. Periksa kembali kemampuan membayar,” katanya.
Tips yang terakhir, lanjut dia, mempersiapkan dana darurat caranya dengan menabung untuk memenuhi kebutuhan saat tak terduga seperti krisis akibat pandemi.
“Jika tidak punya dana darurat, tidak punya tabungan, tiba-tiba jatuh miskin, tidak punya uang, kita sulit bergerak, tiba-tiba penghasilan terganggu, tapi tetap harus makan. Jika tidak punya dana darurat hidup menjadi sulit,” katanya.
Dengan tips mengelola keuangan tersebut, OJK mengharapkan milenial semakin paham dengan keuangan apalagi saat ini regulator itu sedang menggenjot tingkat literasi atau pemahaman keuangan nasional yang saat ini baru mencapai 38 persen dan inklusi keuangan mencapai 76 persen.
“Menabung harus dibiasakan. Jika kebiasaan baik ini dijaga terus menerus ini akan menjadi habit, jadi budaya hemat, tidak boros,” kata Anggota Dewan Komisioner OJK Tirta Segara dalam webinar Indonesia Millenials Financial Summit di Jakarta, Senin.
Menurut dia, milenial termasuk mahasiswa yang keuangannya masih didukung orangtua, diimbau untuk menyisihkan sebagian uangnya untuk menabung atau investasi.
Baca juga: OJK tebar insentif untuk pembiayaan kendaraan ramah lingkungan
Menabung dalam bentuk uang, kata dia, bersifat likuid atau mudah dicairkan namun imbal hasilnya rendah.
Tak hanya dalam bentuk uang, menabung juga bisa dalam bentuk emas yang juga likuid atau bisa dijual setiap saat dan dalam jangka panjang, lanjut dia, tren harganya selalu naik.
Harga emas per 7 September 2020 per gram sudah mencapai Rp1.020.000.
Dalam jangka panjang, kata dia, juga ada pilihan saham dan reksa dana namun reksa dana saat ini sedang naik turun alias fluktuatif.
Baca juga: OJK: Pengawasan industri keuangan terintegrasi harus dalam satu wadah
Ada juga tabungan jangka panjang yang digunakan untuk uang muka membeli rumah yang kini juga banyak ditawarkan perbankan.
“Kalau ada penghasilan itu harus dipotong untuk ditabung dulu baru sisanya dibelanjakan. Banyak orang salah, nabung kalau ada sisa lebih, tapi kenyataannya uang sudah habis duluan,” imbuhnya.
Selain menabung, milenial perlu membedakan kebutuhan dan keinginan caranya dengan menyusun daftar prioritas yang paling dibutuhkan.
Baca juga: OJK sebut masih solid di tengah rencana pengawasan bank kembali ke BI
Selanjutnya, milenial harus bijak dalam berutang dan lebih diutamakan utang yang sifatnya untuk produktif atau memberikan pemasukan.
“Utang itu artinya uang tidak cukup, perlu pinjam oleh karena itu jangan dipaksakan, harus dihitung kalau bisa yang produktif, jangan konsumtif. Periksa kembali kemampuan membayar,” katanya.
Tips yang terakhir, lanjut dia, mempersiapkan dana darurat caranya dengan menabung untuk memenuhi kebutuhan saat tak terduga seperti krisis akibat pandemi.
“Jika tidak punya dana darurat, tidak punya tabungan, tiba-tiba jatuh miskin, tidak punya uang, kita sulit bergerak, tiba-tiba penghasilan terganggu, tapi tetap harus makan. Jika tidak punya dana darurat hidup menjadi sulit,” katanya.
Dengan tips mengelola keuangan tersebut, OJK mengharapkan milenial semakin paham dengan keuangan apalagi saat ini regulator itu sedang menggenjot tingkat literasi atau pemahaman keuangan nasional yang saat ini baru mencapai 38 persen dan inklusi keuangan mencapai 76 persen.
Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020
Tags: