Soreang (ANTARA News) - Banjir menyergap Ibu Kota Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Soreang, menyusul hujan lebat yang terjadi sejak Minggu siang dan akibat buruknya drainase perkotaan serta luapan air Sungai Ciwinyan yang melintasi Kota Soreang.

Warga Kecamatan Soreang tak menduga, seusai hujan reda sekitar pukul 18.30 WIB, air menyergap kota kecamatan setempat. Desa Soreang, Pamekaran, Cingcin, dan Desa Sekarwangi tergenang air setinggi rata-rata 80 hingga 150 centimeter .

Kompleks perkantoran Pemerintah Kabupaten Bandung dan pasar Soreang yang berada di tengah kota tak luput dari sergapan banjir. Kantor Badan Pertanahan, Dinas Peternakan, Dinas Pertanian Perkebunan dan Perhutanan, dan Dinas Kesehatan seta gudang farmasinya, tegenang air setinggi rata-rata 100 centimeter.

Pantauan ANTARA menunjukkan ketinggian air dari detik ke detik di pusat Pemerintahan Kabupaten Bandung tersebut terus meninggi. Bahkan Pasar Soreang ketinggian air mencapai 200 centimeter.

Karyawan Dinas Pertanian Perkebunan dan Perhutanan Kabupaten Bandung, Ade Gartiwa, menyebutkan seluruh komputer dan barang perlengkapan kantornya terendam air.

Sedikitnya di dinas ini, 12 unit komputer dipastikan rusak akibat tergenang air. Di dinas lainnya pun dipastikan barang-barang elektronika dan alat kelengkapan kantor rusak.

Sejumlah fasilitas perkantoran di komplek Pemerintahan Kabupaten Bandung itu dipastikan tidak bisa terselamatkan, sebab banjir terjadi pada hari libur dan pada setiap kantor tidak ada seorang pun yang piket.

Karena itu, saat air menyergap, tidak ada yang menyelamatkan barang alat kelengkapan kantor, termasuk alat kelengkapan vital, yakni komputer.

Banjir yang menggenang kota Soreang ini menurut aktivis Pemuda Soreang , Wawan Maryana, baru pertama kali dalam sejarah Kota Soreang.

Wawan menjelaskan Pemuda Soreang , disela-sela evakuasi warga Bojongkoneng dan Kampung Sukamanah Desa Parungserab, akan mempertanyakan sistem drainase kepada Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) dan Dinas PU BIna Marga, karena tata ruang yang semrawut, bisa jadi menjadi penyebab terjadinya banjir ini.

"Ini aneh. Soreang berada di ketinggian dan bukan daerah banjir. Jika banjir terjadi, itu berarti sistem drainasenya yang buruk. Kami lihat Pemerintah Kabupaten Bandung tidak pernah memikirkan pengembangan Soreang sebagai ibu kota, termasuk sistem drainase perkotaannya," kata Wawan Maryana, yang senada dengan Kepala Kantor Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat (Kesbangpolinmas) Kabupaten Bandung, Sutarnoyono.

Menurut Sutarnoyono, kejadian banjir di Soreang, merupakan hal yang sangat sulit dipercaya, karena dalam catatan selama ini Soreang tidak pernah banjir, meski hujan lebat selebat apa pun.

"Ini harus menjadi pemikiran yang serius, ada apa dengan Soreang," ujar Sutarnoyono, yang berada dalam perjalanan ke Komplek Pemerintah Kabupaten Bandung untuk mengantisipasi banjir Sabtu malam.

Hujan lebat yang mengguyur Bandung sejak MInggu siang hingga sore juga mengakibatkan banjir di Kecamatan Pameungpeuk, Racaekek, Bojongsoang, Dayeuhkolot, dan banjir lumpur di Kecamatan Majalaya.

Pada Sabtu malam, ratusan warga Dayeuhkolot, khususnya Kampung Cieunteung, kembali dievakuasi ke tempat penampungan sementara. Peristiwa banjir Bandung selatan ini, tidak dilaporkan menelan korban jiwa. Tapi empat rumah di Kampung Cieunteung roboh akibat tergerus air bah.

Data sementara di Kantor Kesbangpolinmas mengungapkan, sekitar 15.226 rumah di tujuh kecamatan daerah banjir tergenang air setinggi rata-rata antara 80 hingga 150 centimeter. Selain itu, sekitar 2.345 hektare sawah terendam air, yang 60 persen di antaranya tanaman padi siap panen.(*)