Jakarta (ANTARA) - China akan terus menjadi rekan penting Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (Association of Southeast Asian Nations/ASEAN) di berbagai bidang, terutama ekonomi, kata peneliti senior dari ISEAS –Yusof Ishak Institute, Singapura, Jayant Menon.

"Hubungan ASEAN dengan China di bidang ekonomi semakin kuat dan dalam kerangka kerja sama yang saling menguntungkan," ujar Menon dalam diskusi soal masa depan China-ASEAN, yang diselenggarakan secara virtual di Jakarta, Jumat.

Ia meyakini bahwa kerja sama ASEAN dan China di bidang ekonomi akan semakin kuat dan meningkat pada masa depan.

Data Kementerian Kepabeanan China (GAC) menyebutkan bahwa ASEAN mengambil alih posisi Uni Eropa sebagai mitra dagang terbesar China pada kuartal pertama tahun ini.

Perdagangan luar negeri China dengan ASEAN telah mencapai 991,34 miliar yuan selama periode tersebut atau naik 6,1 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu dan memberikan kontribusi sebesar 15,1 persen dari total perdagangan global China.

Penguatan hubungan ekonomi, kata Menon, membutuhkan keamanan dan stabilitas di kawasan.

Ia mengatakan kerja sama ekonomi ASEAN antara China tidak akan tumbuh apabila stabilitas geopolitik di kawasan terganggu.

"Untuk mencapai itu maka dibutuhkan keamanan dan stabilitas kawasan," kata dia.

"Geopolitik dan ekonomi tidak bisa dipisahkan dan kita harus memastikan bahwa strategi politik (geopolitik) tidak mengancam kerja sama saling menguntungkan antara China dan ASEAN," ujar dia.

Ia mengatakan kawasan Asia Tenggara dapat mempertahankan stabilitas melalui prinsip nonintervensi, yaitu bahwa suatu negara tidak memiliki hak untuk mencampuri urusan atau permasalahan dalam negeri negara lain.

"China pun memandang ASEAN sebagai mitra sangat penting dalam kerja sama ekonomi. Dengan demikian, China melakukan pendekatan dengan ASEAN sebagai saudara," ujar dia.

Dalam mengatasi berbagai isu sensitif, ia menyampaikan pendapat bahwa ASEAN harus mempunyai suara yang sama dalam melakukan negosiasi dengan China.

Ia menyadari bahwa tiap negara anggota ASEAN memiliki kepentingan yang berbeda dengan China.

"Karena itu penting bagi ASEAN untuk mempunyai kepentingan bersama dalam menyelesaikan isu-isu yang sensitif dengan China," kata dia.

ASEAN terdiri dari 10 negara, yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand, Brunei Darussalam, Vietnam, Laos, Kamboja, dan Myanmar.

Baca juga: Ahli berikan empat rekomendasi terkait ketahanan pangan di ASEAN

Baca juga: ASEAN-China bangun Jalur Sutra Kesehatan perangi COVID-19

Baca juga: Di tengah krisis wabah, ASEAN jadi mitra dagang terbesar China


Perdagangan China-ASEAN tumbuh kuat meski di tengah pandemi COVID-19

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi berbicara dalam Pertemuan Khusus Menlu ASEAN-China di Vientienne, Laos, Kamis (20/2/2020). (Kemlu RI)