Jakarta (ANTARA) - Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Jakarta Selatan memberlakukan protokol kesehatan ketat bagi relawan penyemprot disinfektan (disinfeksi) di wilayah terpapar COVID-19.

"Kondisi sekarang rawan, banyak wilayah terpapar yang kita semprot dan kita tidak tahu siapa saja yang OTG(orang tanpa gejala), kita tidak ingin kejadian seperti PMI Jaktim yang ditutup karena ada relawan yang terpapar," kata Humas PMI Kota Jakarta Selatan Dedet Haryadi di Jakarta, Jumat.

Dedet mengatakan saat ini di masa adaptasi kebiasaan baru (AKB) hanya PMI yang masih diberi amanat oleh Pemerintah Kota Jakarta Selatan untuk melakukan disinfeksi di wilayah.

Penyemprotan dilakukan menyasar kantor-kantor pemerintahan seperti kelurahan, kecamatan, fasilitas umum, yakni masjid, sekolah dan pasar, serta pemukiman warga.

Baca juga: Cegah COVID-19, PMI Jaksel salurkan wastafel ke masjid hingga pasar

"Kalau sekarang durasi penyemprotan memang tidak sebanyak masa sebelum adaptasi, yang biasanya satu hari bisa delapan lokasi, sekarang cuma empat lokasi," kata Dedet.

Penyemprotan selama masa adaptasi kebiasaan baru atau normal baru, PMI menerapkan standar operasional prosedur atau SOP, dan protokol kesehatan, seperti pemeriksaan kesehatan untuk tenaga relawan setiap tiga pekan sekali dilakukan tes cepat.

Lalu kendaraan operasional disinfeksi yang biasanya setelah penyemprotan boleh langsung masuk markas, kini wajib disemprot dulu sebelum masuk ke dalam markas.

"Jadi benar-benar ketat kita berlakukan protokol kesehatan, kita terapkan K3, yakni keamanan, keselamatan dan kesehatan kerja," kata Dedet.
Relawan PMI Kota Jakarta Selatan melakukan penyemprotan disinfektan di area sekolah di wilayah Jakarta Selatan, Jumat (4/9/2020) (ANTARA/HO-PMI Jakarta Selatan)

Selama masa adaptasi kebiasaan baru, jumlah tim disinfeksi diminimalisir dari delapan menjadi satu tim.

Satu tim berjumlah tujuh relawan melakukan penyemprotan disinfektan atas permintaan aparat wilayah dan masyarakat. Sepekan penyemprotan dilaksanakan tiga kali.

"Untuk saat ini permintaan disinfeksi tidak terlalu meningkat, karena masyarakat di tingkat RW sudah punya peralatan sendiri untuk disinfeksi," kata Dedet.

Penyemprotan disinfektan telah dilakukan oleh PMI sejak 15 Maret 2020 hingga kini. Selama masa adaptasi kebiasan baru, total wilayah yang sudah disemprot sebanyak 549 titik lokasi.

Melihat angka kasus COVID-19 yang terus meningkat sementara penyemprotan disinfektan gencar dilakukan, menimbulkan pertanyaan seberapat efektif diisnfeksi dilakukan.

Baca juga: PMI Jaksel hasilkan 9 set limbah medis per hari selama COVID-19

Menurut Dedet, walah secara klinis belum dipastikan seberapa efektifnya pengaruh disinfeksi dalam mencegah penularan COVID-19, namun secara psikis memberikan rasa aman bagi warga.

"Intinya warga ketika ada kasus positif di wilayahnya, begitu dilakukan disinfeksi mereka merasa tenang dan aman," kata Dedet.

Namun Dedet menegaskan, walau disinfeksi dilakukan hingga 100 kali virus COVID-19 akan terus menyebar apabila masyarakat mengabaikan protokol kesehatan.

"Kuncinya sih protokol kesehatan," kata Dedet.