Jakarta (ANTARA News) - Pengamat ekonomi Hendri Saparini menilai langkah pemerintahmenyelamatkan Bank Century pada Nopember 2008 lebih didasari panik dan khawatir akan terjadi dampak krisis moneter seperti tahun 1998.

"Krisis finansial pada 2008 berbeda dengan krisis yang terjadi pada 1998, sehingga meskipun Bank Century tidak diselamatkan tidak akan berdampak sistemik," kata Hendri Saparini ketika menyampaikan pendapatnya pada rapat Panitia Angket Kasus Bank Century di Gedung DPR, Jakarta, Kamis.

Hendri Saparini, bersama Ichsanuddin Nooersy dan Chatib Basri, diundang Panitia Angket sebagai saksi ahli dalam kapasitas sebagai ahli ekonomi.

Dia menjelaskan, krisis finansial 2008 tidak menimbulkan dampak sistemik karena kondisi perbankan nasional sudah lebih kuat dibandingkan dengan kondisi tahun 1998, meskipun sama-sama mengalami syok.

"Belajar dari krisis tahun 1998, pemerintah melakukan banyak penataan sehingga kondisi perbankan nasional lebih kuat," katanya.

Kalau pemerintah menyelamatkan Bank Century, katanya, itu didasari pendekatan psikologi pasar yang dikhawatirkan menjadi panik sehingga sehingga melakukan "rush".

Menurutnya, sikap pemerintah yang menyelamatkan Bank Centiry itu juga panik.

Pendapat berbeda dilontarkan Chatib Basri yang mengatakan keputusan pemerintah menyelamatkan Bank Century sudah tepat.

Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia ini mengatakan, keputusan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia pada rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yang menetapkan Bank Century sebagai bank gagal berdampak sistemik, karena saat itu dalam situasi krisis.

"Jika satu bank saja kolaps maka akan menurunkan kepercayaan publikterhadap perbankan nasional, sehingga bisa terjadi efek domino," katanya.(*)