Jakarta (ANTARA) - Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bustanul Arifin menilai bahwa kelangkaan pupuk subsidi dikarenakan masalah distribusi yang tidak tepat sasaran.
Menurutnya, kelangkaan ini selain disebabkan masalah distribusi yang tidak tepat sasaran, namun juga karena imbas pengurangan anggaran subsidi pupuk di APBN.
"Anggaran subsidi dikurangi, di tahun 2020 ini hanya Rp26,3 triliun, sebelumnya Rp29 triliun," kata Bustanul dalam informasi tertulis yang diterima ANTARA di Jakarta, Kamis.
Baca juga: Tinjau gudang Pusri, Mentan pastikan ketersediaan pupuk subsidi
Ia menjelaskan pemerintah akan kembali mengurangi subsidi pupuk untuk menutupi defisit anggaran.
"Dikurangi Rp3 triliun 2020 ini saja sudah terlihat di lapangan mengalami kelangkaan," tuturnya.
Karenanya, dia berharap pada DPR untuk memperjuangkan anggaran yang ideal subsidi pupuk bagi petani, serta mendorong pemerintah untuk membenahi masalah distribusi.
"Jadi, ini memang persoalan yang terjadi di tingkat lapangan dan juga tingkat kebijakan. Saya minta DPR tetap memperjuangkan hal ini, jangan petani dikorbankan," pungkasnya.
Sebelumnya, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo memastikan ketersediaan pupuk bersubsidi bagi petani, khususnya di Kalimantan Selatan cukup bahkan stok berlebih.
Ia sempat mengatakan bahwa pupuk subsidi di Indonesia dalam keadaan yang cukup dan tidak kekurangan stok.
Baca juga: Jelang musim tanam, Pupuk Indonesia siagakan pupuk nonsubsidi
Baca juga: Capai 1 juta ton, Pupuk Indonesia jaga stok jauh di atas ketentuan
Pupuk subsidi langka, ekonom Indef sebut ini penyebabnya
3 September 2020 20:48 WIB
Stok pupuk urea dan NPK subsidi di gudang PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri) Palembang. ANTARA/HO-Pusri/am.
Pewarta: Afut Syafril Nursyirwan
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2020
Tags: