Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengingatkan sejumlah etika dalam demokrasi yang harus mencerminkan pemuliaan terhadap kehormatan, harga diri, dan martabat.

Dalam pidatonya pada acara pengukuhan pimpinan kolektif majelis nasional Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu malam, Presiden mengatakan demokrasi jangan hanya sebagai tujuan, namun juga harus diterapkan bersama dengan nilai-nilai dan etika.

"Ini berarti bahwa, demokrasi sesungguhnya bukan hanya berkaitan dengan peristiwa unjuk rasa, silang pendapat dan voting, namun juga pada cara penyampaian yang patut, pantas, proporsional, dan pada tempatnya," tuturnya.

Demokrasi, lanjut dia, pada akhirnya juga harus membawa manfaat bagi kepentingan masyarakat luas demi mewujudkan kesejahteraan dan keadilan sosial.

Bangsa Indonesia, kata Presiden, sesungguhnya adalah bangsa besar karena mampu menjaga tradisi yang baik, yaitu semangat saling menghormati perbedaan dalam semua aspek.

"Marilah kita jaga dan pelihara tradisi luhur dari bangsa ini, seraya melakukan transformasi besar, untuk kemajuan kehidupan bangsa secara berkelanjutan," ujarnya.

Presiden dalam pidatonya menyampaikan harapan agar Indonesia pada masa depan dapat menghayati demokrasi dalam pengertian utuh, yaitu demokrasi sebagai cara, sebagai tujuan, dan demokrasi sebagai nilai-nilai.

"Kita hendaknya tidak hanya menonjolkan aspek pertama, yaitu demokrasi sebagai cara, namun juga menerapkannya dalam prinsip keselarasan dengan aspek kedua dan ketiganya, yaitu demokrasi sebagai tujuan dan demokrasi sebagai nilai-nilai dan etika," tuturnya.

Presiden menyatakan ras syukurnya karena Indonesia telah mengalami transisi demokrasi dalam satu dasawarsa terakhir sehingga kebebasan berpendapat dan berkespresi di depan publik dapat leluasa dilakukan.

Kehidupan pers, lanjut dia, juga semakin tumbuh subur.

Namun, Kepala Negara mengingatkan, tidak ada kebebasan tanpa batas karena selalu terdapat tanggung jawab dan kewajiban yang melekat pada hak setiap individu.

Dalam pidatonya, Presiden juga menyampaikan harapan agar KAHMI sebagai suatu organisasi besar dapat selalu menjaga daya kritis dan independensinya serta menjadi salah satu pilar utama dari transformasi besar Bangsa Indonesia.

Presiden memberikan apresiasi kepada alumni HMI yang tersebar dan berkiprah di berbagai bidang, termasuk mengisi jajaran Kabinet Indonesia Bersatu Kedua.

"Melalui kesempatan yang sangat penting ini saya berpesan, agar anggota dan pengurus KAHMI tetap menjaga daya kritis dan sikap independen, serta dengan penuh tanggung jawab terus memberikan pemikiran-pemikiran yang konstruktif, demi kemajuan bangsa Indonesia," katanya.

Presiden Yudhoyono menyaksikan prosesi pengukuhan serta pengucapan sumpah dari pimpinan kolektif majelis nasional KAHMI periode 2009-2012, yaitu Abidinsyah Siregar, Anas Urbaningrum, Viva Yoga Mauladi, Harry Azhar Aziz, Mubyl Handaling, dan Tamsil Linrung.

Hadir pada acara tersebut beberapa alumni HMI antara lain mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla, Mantan Ketua DPR Akbar Tandjung, serta mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Jimly Asshidiqie.(*)