PBB Kibarkan Bendera Setengah Tiang
20 Januari 2010 10:34 WIB
Sekretaris Jendral PBB Ban Ki-Moon memeriksa tempat markas besar PBB di Haiti (Minustah) di Port-au-Prince, Ban Ki-Moon berjanji untuk membangun kembali Haiti sesudah gempa bumi, yang menelan korban jiwa 200.000 orang (17/1). (REUTERS/Louis Charbonneau)
PBB, New York (ANTARA News) - Markas Besar Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) New York, Selasa, menurunkan bendera 192 negara anggotanya dan hanya mengibarkan Bendera PBB setengah tiang sebagai ungkapan duka cita terhadap tewasnya ratusan ribu orang --termasuk 49 personil PBB, karena gempa bumi di Haiti Selasa pekan lalu (12/1).
Untuk mengenang para korban, sebuah upacara juga dilaksanakan di kompleks Markas Besar, Selasa sore (Rabu pagi), dihadiri oleh Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-Moon, dan diisi dengan peletakan karangan bunga, pengheningan cipta, serta pelantunan lagu khidmat oleh paduan suara staf PBB.
Bertempat di lobi gedung Majelis Umum PBB di dekat Meditation Room, tepat pada pukul 16.53 waktu setempat, Ban Ki-Moon memimpin upacara peletakan karangan bunga.
Pukul 16.53 adalah saat-saat gempa bumi hebat dengan kekuatan 7 Skala Richter mengguncang Haiti --tepat satu minggu lalu-- hingga memporakporandakan ibukota Haiti, Port au Prince.
Sekjen PBB maju dan membungkuk memberi penghormatan ketika karangan bunga berwarna putih itu diletakkan di bawah bendera PBB.
Peletakan karangan bunga diikuti dengan acara mengheningkan cipta yang dihadiri oleh para pejabat dan PBB serta para pejabat tinggi perwakilan negara-negara anggota PBB.
Usai upacara peletakan bunga di lobi gedung Majelis Umum, hadirin berjalan pelan ke luar gedung dan tepat di luar gedung depan Visitor`s Entrance --salah satu pintu masuk menuju kompleks Markas Besar PBB, satu persatu mengambil lilin yang telah dinyalakan.
Sambil memegang lilin dan diwarnai dengan lantunan lagu-lagu sendu oleh paduan suara staf PBB, mereka kembali mengheningkan cipta.
Sepanjang sejarah PBB, gempa Haiti adalah insiden terparah dunia yang menjatuhkan korban dari pihak PBB.
Hingga hari ketujuh setelah gempa di Haiti, setidaknya sudah 49 personil PBB yang ditemukan tewas sementara ratusan lainnya masih belum ditemukan.
Kebanyakan personil tewas karena terkubur di bawah gedung markas Misi Stabilisasi PBB di Haiti (MINUSTAH).
Tak lama setelah gempa mengguncang, gedung markas yang berada di Hotel Christopher di Port Au Prince itu rubuh --sementara ratusan anggota staf PBB masih berada di dalamnya.
Di antara korban tewas yang ditemukan dari reruntuhan markas MINUSTAH itu adalah pemimpin MINUSTAH Hedi Annabi dan wakilnya Luiz Carlos da Costa serta Komisiris Polisi ad interim Doug Coates.
Dua warga negara Indonesia yang bekerja sebagai relawan MINUSTAH dan pada saat gempa Selasa lalu juga sedang berada di gedung markas itu, berhasil menyelamatkan diri. (*)
Untuk mengenang para korban, sebuah upacara juga dilaksanakan di kompleks Markas Besar, Selasa sore (Rabu pagi), dihadiri oleh Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-Moon, dan diisi dengan peletakan karangan bunga, pengheningan cipta, serta pelantunan lagu khidmat oleh paduan suara staf PBB.
Bertempat di lobi gedung Majelis Umum PBB di dekat Meditation Room, tepat pada pukul 16.53 waktu setempat, Ban Ki-Moon memimpin upacara peletakan karangan bunga.
Pukul 16.53 adalah saat-saat gempa bumi hebat dengan kekuatan 7 Skala Richter mengguncang Haiti --tepat satu minggu lalu-- hingga memporakporandakan ibukota Haiti, Port au Prince.
Sekjen PBB maju dan membungkuk memberi penghormatan ketika karangan bunga berwarna putih itu diletakkan di bawah bendera PBB.
Peletakan karangan bunga diikuti dengan acara mengheningkan cipta yang dihadiri oleh para pejabat dan PBB serta para pejabat tinggi perwakilan negara-negara anggota PBB.
Usai upacara peletakan bunga di lobi gedung Majelis Umum, hadirin berjalan pelan ke luar gedung dan tepat di luar gedung depan Visitor`s Entrance --salah satu pintu masuk menuju kompleks Markas Besar PBB, satu persatu mengambil lilin yang telah dinyalakan.
Sambil memegang lilin dan diwarnai dengan lantunan lagu-lagu sendu oleh paduan suara staf PBB, mereka kembali mengheningkan cipta.
Sepanjang sejarah PBB, gempa Haiti adalah insiden terparah dunia yang menjatuhkan korban dari pihak PBB.
Hingga hari ketujuh setelah gempa di Haiti, setidaknya sudah 49 personil PBB yang ditemukan tewas sementara ratusan lainnya masih belum ditemukan.
Kebanyakan personil tewas karena terkubur di bawah gedung markas Misi Stabilisasi PBB di Haiti (MINUSTAH).
Tak lama setelah gempa mengguncang, gedung markas yang berada di Hotel Christopher di Port Au Prince itu rubuh --sementara ratusan anggota staf PBB masih berada di dalamnya.
Di antara korban tewas yang ditemukan dari reruntuhan markas MINUSTAH itu adalah pemimpin MINUSTAH Hedi Annabi dan wakilnya Luiz Carlos da Costa serta Komisiris Polisi ad interim Doug Coates.
Dua warga negara Indonesia yang bekerja sebagai relawan MINUSTAH dan pada saat gempa Selasa lalu juga sedang berada di gedung markas itu, berhasil menyelamatkan diri. (*)
Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010
Tags: