Spesialis paru: Memakai masker tidak akan menimbulkan hipoksia
3 September 2020 15:02 WIB
Dokter paru Rumah Sakit (RS) Persahabatan dr. Andika Chandra Putra, Sp.P, PhD berbicara dalam sebuah acara Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), di Jakarta, Kamis (19/9/2019). (ANTARA/Katriana)
Jakarta (ANTARA) - Spesialis paru mengatakan pemakaian masker untuk mencegah penularan virus tidak akan menimbulkan hipoksia, yaitu kondisi berkurangnya kadar oksigen dalam jaringan untuk dapat mempertahankan fungsi tubuh, dan tidak juga mengurangi fungsi paru.
"Tentu ada penurunan (kadar) oksigen, tapi itu masih bisa ditoleransi," kata Dokter paru Rumah Sakit (RS) Persahabatan dr. Andika Chandra Putra, Sp.P, PhD melalui sambungan telepon dengan ANTARA di Jakarta, Kamis.
Ia menduga bahwa pemakaian masker tersebut dapat menurunkan volume oksigen yang masuk ke dalam tubuh, tetapi penurunan tersebut tidak signifikan sehingga tidak sampai mengurangi kebutuhan oksigen dalam tubuh.
"Tidak signifikan (berkurangnya). Sebagai contoh misalkan kita yang sering menggunakan N95. Apakah fungsi parunya menurun atau oksigennya yang menurun? Sampai saat ini dari beberapa laporan kasus enggak ada perubahan (fungsi paru)," kata dia.
Baca juga: Dokter paru: Pemakaian masker sangat efektif cegah penularan COVID-19
Sementara itu, terkait pemakaian masker saat berolahraga, terutama saat melakukan latihan cukup berat, ia menyarankan masyarakat untuk tidak perlu memakai masker. Tetapi olahraga itu sebaiknya dilakukan di zona hijau atau di tempat yang jauh dari keramaian sehingga pemakaian masker tidak diharuskan.
"Tujuan kita berolahraga bukan untuk mengejar prestasi. Tujuan kita hanya untuk mendapatkan kondisi yang optimal. Tapi juga yang terpenting (menghindari) risiko penularan. Sehingga kalau bisa olahraganya dilakukan di zona hijau atau bukan di keramaian," kata Andika.
Untuk itu, ia menekankan bahwa jika olahraga dilakukan di tempat ramai, maka masker harus tetap dipakai, tetapi intensitas latihan bisa dilakukan lebih santai untuk mengurangi kemungkinan menjadi terengah-engah.
Baca juga: Presiden Jokowi: Pemakaian masker kunci sebelum vaksinasi COVID-19
Namun demikian, ia tetap menyarankan agar olahraga dilakukan di tempat yang jauh dari keramaian agar seseorang tidak perlu memakai masker dan olahraga pun bisa dilakukan dengan lebih optimal.
"Kalau itu di daerah zona hijau dan bukan keramaian tentu masker bisa dibuka. Apalagi saat kita melakukan excersise yang berat seperti lari atau naik sepeda yang posisi menanjak, tentu harus dibuka maskernya. Tapi pada kondisi-kondisi yang tidak memerlukan excersise yang sangat berat ya harus menggunakan masker," demikian kata Andika.
Baca juga: PMI gaungkan pentingnya penggunaan masker cegah COVID-19
"Tentu ada penurunan (kadar) oksigen, tapi itu masih bisa ditoleransi," kata Dokter paru Rumah Sakit (RS) Persahabatan dr. Andika Chandra Putra, Sp.P, PhD melalui sambungan telepon dengan ANTARA di Jakarta, Kamis.
Ia menduga bahwa pemakaian masker tersebut dapat menurunkan volume oksigen yang masuk ke dalam tubuh, tetapi penurunan tersebut tidak signifikan sehingga tidak sampai mengurangi kebutuhan oksigen dalam tubuh.
"Tidak signifikan (berkurangnya). Sebagai contoh misalkan kita yang sering menggunakan N95. Apakah fungsi parunya menurun atau oksigennya yang menurun? Sampai saat ini dari beberapa laporan kasus enggak ada perubahan (fungsi paru)," kata dia.
Baca juga: Dokter paru: Pemakaian masker sangat efektif cegah penularan COVID-19
Sementara itu, terkait pemakaian masker saat berolahraga, terutama saat melakukan latihan cukup berat, ia menyarankan masyarakat untuk tidak perlu memakai masker. Tetapi olahraga itu sebaiknya dilakukan di zona hijau atau di tempat yang jauh dari keramaian sehingga pemakaian masker tidak diharuskan.
"Tujuan kita berolahraga bukan untuk mengejar prestasi. Tujuan kita hanya untuk mendapatkan kondisi yang optimal. Tapi juga yang terpenting (menghindari) risiko penularan. Sehingga kalau bisa olahraganya dilakukan di zona hijau atau bukan di keramaian," kata Andika.
Untuk itu, ia menekankan bahwa jika olahraga dilakukan di tempat ramai, maka masker harus tetap dipakai, tetapi intensitas latihan bisa dilakukan lebih santai untuk mengurangi kemungkinan menjadi terengah-engah.
Baca juga: Presiden Jokowi: Pemakaian masker kunci sebelum vaksinasi COVID-19
Namun demikian, ia tetap menyarankan agar olahraga dilakukan di tempat yang jauh dari keramaian agar seseorang tidak perlu memakai masker dan olahraga pun bisa dilakukan dengan lebih optimal.
"Kalau itu di daerah zona hijau dan bukan keramaian tentu masker bisa dibuka. Apalagi saat kita melakukan excersise yang berat seperti lari atau naik sepeda yang posisi menanjak, tentu harus dibuka maskernya. Tapi pada kondisi-kondisi yang tidak memerlukan excersise yang sangat berat ya harus menggunakan masker," demikian kata Andika.
Baca juga: PMI gaungkan pentingnya penggunaan masker cegah COVID-19
Pewarta: Katriana
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2020
Tags: