Jakarta (ANTARA) - Pengamat ekonomi energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi menilai dampak dari penurunan tarif listrik oleh pemerintah dapat mendongkrak perekonomian masyarakat.

"Ujungnya, peningkatan daya beli masyarakat dan kapasitas produksi akan dapat memicu pertumbuhan ekonomi, yang mungkin mencegah resesi," kata Fahmy kepada Antara di Jakarta, Kamis.

Ia menilai secara konsisten sejak awal pandemi, PLN memberikan insentif penurunan tarif listrik hingga sekarang. Diawali dengan pembebasan tarif bagi pelanggan 450 VA dan diskon bagi sebagian pelanggan 900 VA selama 3 bulan.

Baca juga: KemenESDM: Stimulus keringanan listrik dongkrak roda perekonomian

Baca juga: Pengamat : Insentif tarif listrik baiknya diikuti penurunan harga BBM


Kemudian insentif penurunan tarif itu diperpanjang dan diperluas ke kalangan UMKM, bisnis, dan industri. Perpanjangan dan perluasan insentif sangat berarti dan memberikan kontribusi signifikan terhadap penurunan beban biaya masyarakat, membantu UMKM, bisnis, dan industri.

"Kontribusi terhadap masyarakat akan menaikkan daya beli masyarakat, sedangkan kontribusi bagi UMKM, bisnis, dan industri dapat mempertahankan dan meningkatkan kapasitas produksi," katanya.

Ia berpendapat tiga variable utama pembentuk harga penyediaan (HPP) listrik adalah ICP, kurs rupiah, dan inflasi sedang turun sehingga memungkinkan bagi PLN untuk menurunkan tarif. Namun biaya perpanjangan dan perluasan insentif listrik tersebut tidak bisa sepenuhnya dibebankan kepada PLN, pemerintah melalui APBN juga harus ikut menanggung beban biaya pemberian insentif tersebut.

Baca juga: Menteri ESDM turunkan tarif listrik nonsubsidi, ini rinciannya

Baca juga: PLN sebut aktivitas di rumah sebabkan konsumsi listrik meningkat