Jakarta (ANTARA) - Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang PS Brodjonegoro mengatakan pihaknya mengidentifikasi lima institusi yang mengembangkan Vaksin Merah Putih untuk mengatasi pandemi COVID-19.

Lima institusi tersebut adalah Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Universitas Indonesia, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Institut Teknologi Bandung dan Universitas Airlangga.

"Di luar Lembaga Eijkman, kami sudah mengidentifikasi ada empat institusi lain yang mengembangkan Vaksin Merah Putih di mana definisi Vaksin Merah Putih adalah vaksin yang bibit vaksinnya diteliti dan dikembangkan di Indonesia," kata Menristek Bambang dalam konferensi pers virtual yang diadakan Satuan Tugas Penanganan COVID-19 di Kantor Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana Jakarta, Rabu.

Baca juga: Vaksin Merah Putih diharapkan bisa diproduksi triwulan III/2021

Lembaga Eijkman mengembangkan vaksin berbasis platform subunit protein rekombinan dan "inactivated virus" atau virus yang dilemahkan.

Universitas Indonesia mengembangkan vaksin dengan tiga platform yaitu DNA, RNA, dan virus-like particle.

Institut Teknologi Bandung dan Universitas Airlangga masing-masing mengembangkan vaksin dengan platform adenovirus.

Baca juga: Menristek: Vaksin merah putih uji klinis awal tahun depan

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia mengembangkan vaksin dengan platform protein rekombinan.

"Kita bersyukur ada banyak peneliti yang berupaya luar biasa untuk meneliti dan harapannya bisa mengembangkan dan melahirkan bibit vaksin yang nantinya siap untuk diproduksi," tutur Bambang.

Dalam rangka pengadaan vaksin COVID-19 di Indonesia, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Riset dan Teknologi mencoba mengembangkan vaksin dengan pendekatan efektif, cepat dan mandiri.

Baca juga: Menristek: Mutasi virus corona terdeteksi di sejumlah daerah Indonesia

Menurut Bambang, kemandirian vaksin menjadi penting karena ada kebutuhan vaksin dalam jumlah besar untuk Indonesia dengan jumlah penduduk 260 juta.

Karena itu, Indonesia dengan segenap kekuatan di bidang penelitian dan pengembangan berupaya mengembangkan Vaksin Merah Putih.

"Tentunya semuanya membutuhkan vaksin dan ada kemungkinan apabila vaksinasi dilakukan lebih dari satu kali per orang maka kebutuhan vaksin COVID-19 ini bisa mencapai jumlah di atas 300 juta sampai 400 juta ampul dan otomatis ini membutuhkan kemandirian baik dalam sisi produksi maupun juga dalam sisi pengembangan bibit vaksinnya," tuturnya.

Baca juga: Menristek: Belum ada bukti SARS-CoV-2 dengan mutasi D614G lebih ganas