Jayapura (ANTARA News) - Cuaca yang tidak menentu di Papua menyebabkan lalu lintas penerbangan, terutama ke daerah-daerah pedalaman di provinsi itu terganggu bahkan sebagian dibatalkan.
"Cuaca di daerah Pegunungan Tengah sangat tidak menentu dan selalu berubah-ubah secara mendadak. Kadang-kadang penerbangan harus dibatalkan karena kondisi yang tidak mendukung," kata Kepala Sub Dinas Bina Perhubungan Udara Dinas Perhubungan Papua, Bambang Sismanto, di Jayapura, Senin.
Keadaan itu cukup mengganggu karena sampai sekarang angkutan udara merupakan transportasi utama di Papua yang insfratruktur jalan daratnya belum seluruhnya memadai.
Salah satu daerah yang kondisi cuacanya cukup ekstrem menurut Bambang adalah Ilaga, ibukota Kabupaten Puncak.
"Biasanya di atas jam sepuluh pagi, pesawat sudah tidak bisa lagi masuk Ilaga karena tertutup kabut, terjadi perubahan tekanan udara, kecepatan angin, dan sebagainya. Jadi penerbangan menuju ke sana waktunya sangat terbatas karena menyesuaikan dengan kondisi alam setempat," jelasnya.
Namun demikian, para pilot yang telah lama menerbangkan pesawat di Papua cukup hafal dan memahami kondisi cuaca yang sering beruabah-ubah itu sehingga bisa cukup menjamin keselamatan dan keamanan penerbangan.
Berkaitan dengan jumlah pesawat terbang yang beroperasi di Papua, Bambang mengatakan, masih relatif kurang jika dibandingkan luas daerah ini yang mencapai 309,9 ribu kilometer persegi.
"Papua masih butuh banyak pesawat sehingga kami mendukung perusahaan-perusahaan penerbangan yang ingin beroperasi di sini supaya kegiatan penerbangan baik untuk penumpang maupun kargo semakin lancar," kata Bambang.
Menurut data pada Desember 2009, terdapat 24 penyedia jasa penerbangan yang beroperasi di Papua baik melayani kargo maupun angkutan penumpang.
Perusahaan penerbangan itu antara lain Merpati Nusantara Airlines, Trigana Air Service, Avia Star Mandiri, Pelita Air Service, Deraya Air Cargo dan lain sebagainya.
Dari 24 penyedia jasa angkutan udara, enam diantaranya merupakan institusi keagamaan seperti Mission Aviation Fellowship (MAF), Tariku Aviation, Yayasan Jasa Aviasi (Yajasi), Aviation Mission Association (AMA), Adventist Aviation Indonesia dan Helimission.
Pesawat terbang yang dioperasikan di pedalaman Papua pada umumnya adalah Cesna, Twin Otter, dan Pilatus Porter. Ada pula perusahaan yang mengoperasikan helikopter Antonov dan Bell.
"Selain jumlah pesawat, yang tidak kalah penting adalah meningkatkan kemampuan dan konstruksi landasan bandar udara yang ada, beserta infrastruktur pendukungnya terutama di ibukota kabupaten untuk meningkatkan keamanan dan keselamatan penerbangan," ujar Bambang.
Berdasarkan data Dinas Perhubungan Provinsi Papua, sekarang terdapat 269 bandar udara dimana hanya 30 di antaranya yang mempunyai konstruksi aspal, sementara landasan pacu 239 lainnya masih berupa rumput.
(*)
Cuaca Buruk Papua Pengaruhi Penerbangan
18 Januari 2010 17:16 WIB
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010
Tags: