Pelaku usaha nilai kebijakan Menteri Edhy dorong sektor perikanan NTT
31 Agustus 2020 10:26 WIB
Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo (kanan), Gubernur NTT Viktor B Laiskodat (kiri), Dirjen Perikanan Budidaya Slamet Soebjakto (tengah) dan Plt. Dirjen Perikanan Tangkap, KKP Muhammad Zainied berbincang-bincang soal kualitasi udang melakukan kunjungan kerjanya di desa Oli'o, Kupang Timur, Kabupaten Kupang, NTT, Sabtu (29/08/2020). ANTARA FOTO/Kornelis Kaha.
Kupang (ANTARA) - Pelaku usaha perikanan di Nusa Tenggara Timur (NTT) menilai sejumlah langkah strategis Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) di bawah komando Menteri Edhy Prabowo membuat industri perikanan bergairah.
Pengelola usaha perikanan di Kupang dari PT Matsyaraja Arnawa Stambhapura (AMS) Breva Rizqi D Nugraha kepada wartawan di Kupang, Senin (31/8) menilai aksi jemput bola Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dalam melayani sertifikasi ekspor memacu pelaku usaha untuk meningkatkan produksi.
"KKP membuat industri perikanan di NTT bergairah," ujar Breva Rizqi D. Nugraha, di Kupang.
Kini usaha perikanan yang dikelola Breva bisa melakukan ekspor langsung dari Kupang ke negara tujuan, setelah pada Sabtu (29/8) kemarin menerima Sertifikat Kesehatan (HC) dan Sertifikat Persetujuan Muat (SPM) langsung dari Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo.
Breva menjelaskan, selama ini bila ingin ekspor harus melalui Jakarta, Surabaya, atau Bali dan membutuhkan biaya yang lumayan besar. Kini dengan adanya HC dan SPM itu ekspor langsung bisa dilakukan dan menghemat biaya dan lama pengiriman ke negara tujuan.
Ia mengatakan pada pada 10 September 2020 nanti, satu kontainer ikan beku akan dikirim langsung ke Singapura. Selain negara tersebut, ikan-ikan olahan Breva juga dikirim ke Amerika Serikat dan Australia.
"Dengan banyaknya bantuan kemudahan dalam pengurusan perizinan ekspor, otomatis membuat kami semakin bersemangat dalam berproduksi," kata Breva.
PT Matsyaraja Arnawa Stambhapura (AMS) merupakan satu-satunya usaha pengolahan ikan di Kupang yang beroperasi sejak awal tahun 2020. Ikan yang diolah rata-rata berjenis demersal, meliputi anggoli, kakap merah, hingga kakap bongkok.
Hasil produksinya berupa ikan utuh dan filet dalam bentuk segar juga beku. Terhitung sejak April 2020, usaha perikanan ini sudah 10 kali melakukan ekspor dengan nilai mencapai Rp14 miliar.
"Produksi kami di angka 2-3 ton per hari, dan di musim puncak bisa 10 ton per harinya. Permintaan itu sangat tinggi, tinggal bagaimana kita bisa menangkap peluang pasar yang diimbangi dengan dukungan dari pemerintah untuk mempermudah pengiriman," terangnya.
Menteri Edhy Prabowo dalam kunjungan kerjanya selama dua hari di Kupang sejak Jumat (28/8) hingga Sabtu (29/8) menjelaskan aksi jemput bola layanan ke pelaku usaha merupakan realisasi dari arahan Presiden Joko Widodo terkait reformasi birokrasi. Langkah ini juga sebagai upaya KKP mendorong produktivitas pelaku usaha.
"Harus ada solusi agar ekonomi masyarakat tumbuh. Saya juga pastikan tidak ada pengutan-pungutan," tegas Menteri Edhy.
Menteri Edhy menerangkan, pihaknya juga bersinergi dengan pemerintah daerah dalam mendukung usaha perikanan di provinsi yand dipimpin Viktor Laiskodat tersebut. Pemda punya tim percepatan ekspor yang didalamnya ada tim dari KKP.
"Sinergi itu perlu agar maksimal hasil yang mau dicapai," tutur dia.
Pengelola usaha perikanan di Kupang dari PT Matsyaraja Arnawa Stambhapura (AMS) Breva Rizqi D Nugraha kepada wartawan di Kupang, Senin (31/8) menilai aksi jemput bola Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dalam melayani sertifikasi ekspor memacu pelaku usaha untuk meningkatkan produksi.
"KKP membuat industri perikanan di NTT bergairah," ujar Breva Rizqi D. Nugraha, di Kupang.
Kini usaha perikanan yang dikelola Breva bisa melakukan ekspor langsung dari Kupang ke negara tujuan, setelah pada Sabtu (29/8) kemarin menerima Sertifikat Kesehatan (HC) dan Sertifikat Persetujuan Muat (SPM) langsung dari Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo.
Breva menjelaskan, selama ini bila ingin ekspor harus melalui Jakarta, Surabaya, atau Bali dan membutuhkan biaya yang lumayan besar. Kini dengan adanya HC dan SPM itu ekspor langsung bisa dilakukan dan menghemat biaya dan lama pengiriman ke negara tujuan.
Ia mengatakan pada pada 10 September 2020 nanti, satu kontainer ikan beku akan dikirim langsung ke Singapura. Selain negara tersebut, ikan-ikan olahan Breva juga dikirim ke Amerika Serikat dan Australia.
"Dengan banyaknya bantuan kemudahan dalam pengurusan perizinan ekspor, otomatis membuat kami semakin bersemangat dalam berproduksi," kata Breva.
PT Matsyaraja Arnawa Stambhapura (AMS) merupakan satu-satunya usaha pengolahan ikan di Kupang yang beroperasi sejak awal tahun 2020. Ikan yang diolah rata-rata berjenis demersal, meliputi anggoli, kakap merah, hingga kakap bongkok.
Hasil produksinya berupa ikan utuh dan filet dalam bentuk segar juga beku. Terhitung sejak April 2020, usaha perikanan ini sudah 10 kali melakukan ekspor dengan nilai mencapai Rp14 miliar.
"Produksi kami di angka 2-3 ton per hari, dan di musim puncak bisa 10 ton per harinya. Permintaan itu sangat tinggi, tinggal bagaimana kita bisa menangkap peluang pasar yang diimbangi dengan dukungan dari pemerintah untuk mempermudah pengiriman," terangnya.
Menteri Edhy Prabowo dalam kunjungan kerjanya selama dua hari di Kupang sejak Jumat (28/8) hingga Sabtu (29/8) menjelaskan aksi jemput bola layanan ke pelaku usaha merupakan realisasi dari arahan Presiden Joko Widodo terkait reformasi birokrasi. Langkah ini juga sebagai upaya KKP mendorong produktivitas pelaku usaha.
"Harus ada solusi agar ekonomi masyarakat tumbuh. Saya juga pastikan tidak ada pengutan-pungutan," tegas Menteri Edhy.
Menteri Edhy menerangkan, pihaknya juga bersinergi dengan pemerintah daerah dalam mendukung usaha perikanan di provinsi yand dipimpin Viktor Laiskodat tersebut. Pemda punya tim percepatan ekspor yang didalamnya ada tim dari KKP.
"Sinergi itu perlu agar maksimal hasil yang mau dicapai," tutur dia.
Pewarta: Kornelis Kaha
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2020
Tags: