Demo anti rasisme di Kenosha, dijaga Pengawal Nasional
30 Agustus 2020 07:46 WIB
Warga berdemonstrasi menyusul penembakan polisi kepada Jacob Blake, seorang pria kulit hitam, di Kenosha, Wisconsin, Amerika Serikat, Kamis (27/8/2020) /REUTERS/Brendan McDermid/WSJ/cfo (REUTERS/BRENDAN MCDERMID)
Kenosha (ANTARA) - Sekitar 1.000 orang bergabung dalam barisan unjuk rasa sepanjang satu mil di Kenosha, Wisconsin pada Sabtu sore, seraya meneriakkan "Nyawa Orang Kulit Hitam Berharga" dan "Tak ada Keadilan, Tak ada Perdamaian" saat satuan-satuan Pengawal Nasional bersiaga untuk mencegah munculnya kembali kekerasan yang mengguncang kota tepi danau sebelumnya pekan ini.
Jacob Blake Sr., ayah dari pria kulit hitam 29 tahun yang ditembak polisi kulit putih pada Minggu yang memicu keresahan, mengimbau pengunjuk rasa menahan diri dari penjarahan dan vandalisme yang dia sebut mengurangi dorongan bagi kemajuan.
"Orang-orang baik kota ini maklum. Bila kita merusak kita tak punya apa-apa," katanya kepada orang-orang yang berkumpul di sebuah taman yang menjadi pusat protes yang mendukung anaknya, Jacob Blake Jr. "Hentikan. Tunjukkan kepada mereka selama satu malam kita tidak mesti merusak apa pun."
Penembakan Blake, di depan tiga anaknya, mengubah kota berpenduduk 100.000 warga yang sebagian besar kulit putih wilayah selatan Milwaukee menjadi pusat unjuk rasa di musim panas berskala nasional melawan kekejaman polisi dan rasisme.
Presiden Donald Trump mengatakan pada Sabtu bahwa dia mungkin akan mengunjungi Kenosha, tanpa memberikan rincian.
Blake, 29, masih hidup namun meninggalkan luka parah dan lumpuh dari pinggang ke bawah. Blake mungkin akan ambil bagian lewat video dari kamar perawatannya di rumah sakit dalam sebuah sidang pengadilan pekan depan mengenai tuduhan kriminal yang terjadi sebelum penembakan, kata pengacaranya kepada Reuters Sabtu, seraya mengatakan dia akan menyatakan tak bersalah.
Kemarahan atas penembakan Blake, yang terekam video yang viral, memicu bentrok jalanan, di mana pengunjuk rasa melempar petasan dan batu ke arah polisi yang menembakkan gas air mata dan peluru karet. Pada Selasa malam tiga pendemo tertembak--dua tewas--oleh seorang remaja kulit putih bersenjata senapan semi-otomatis.
Di Kenosha pada Sabtu, orang-orang menorehkan pesan-pesan persatuan pada papan-papan untuk melindungi pertokoan setelah banyak kawasan bisnis terbakar habis lewat serangan pendemo yang membakar dan merusak. Para warga berharap ketenangan akan terjadi pada malam keempat.
Namun murka atas penembakan Blake tak surut. Pemrotes, sebagian mengenakan topeng-topeng "Keadilan untuk Jacob", bicara tentang perlunya melakukan perhitungan atas ketakadilan rasial.
"Kami lelah," kata Darius Johnson, 27, dari Milwaukee. "Tak ada alasan untuk rasisme ini. Ini dapat terjadi pada siapa pun di antara kita, saudara laki-laki saya, saudara perempuan saya. Ini harus berhenti."
Seorang terdakwa berusia 17 tahun dalam pembunuhan Selasa malam, Kyle Rittenhouse, menyerahkan diri kepada polisi pada Rabu dekat rumahnya di Illinois dekat perbatasan Wisconsin. Para pejabat Kenosha dikecam karena video yang memperlihatkan petugas penegak hukum memberinya air minum di depan merebaknya kekerasan dan berlaku ramah pada orang-orang milisi bersenjata di jalan-jalan.
Sumber: Reuters
Baca juga: Gedung Putih nyatakan bantu Wisconsin kerahkan 1.000 Pengawal Nasional
Baca juga: Penembakan warga kulit hitam kembali terjadi di AS, picu protes
Jacob Blake Sr., ayah dari pria kulit hitam 29 tahun yang ditembak polisi kulit putih pada Minggu yang memicu keresahan, mengimbau pengunjuk rasa menahan diri dari penjarahan dan vandalisme yang dia sebut mengurangi dorongan bagi kemajuan.
"Orang-orang baik kota ini maklum. Bila kita merusak kita tak punya apa-apa," katanya kepada orang-orang yang berkumpul di sebuah taman yang menjadi pusat protes yang mendukung anaknya, Jacob Blake Jr. "Hentikan. Tunjukkan kepada mereka selama satu malam kita tidak mesti merusak apa pun."
Penembakan Blake, di depan tiga anaknya, mengubah kota berpenduduk 100.000 warga yang sebagian besar kulit putih wilayah selatan Milwaukee menjadi pusat unjuk rasa di musim panas berskala nasional melawan kekejaman polisi dan rasisme.
Presiden Donald Trump mengatakan pada Sabtu bahwa dia mungkin akan mengunjungi Kenosha, tanpa memberikan rincian.
Blake, 29, masih hidup namun meninggalkan luka parah dan lumpuh dari pinggang ke bawah. Blake mungkin akan ambil bagian lewat video dari kamar perawatannya di rumah sakit dalam sebuah sidang pengadilan pekan depan mengenai tuduhan kriminal yang terjadi sebelum penembakan, kata pengacaranya kepada Reuters Sabtu, seraya mengatakan dia akan menyatakan tak bersalah.
Kemarahan atas penembakan Blake, yang terekam video yang viral, memicu bentrok jalanan, di mana pengunjuk rasa melempar petasan dan batu ke arah polisi yang menembakkan gas air mata dan peluru karet. Pada Selasa malam tiga pendemo tertembak--dua tewas--oleh seorang remaja kulit putih bersenjata senapan semi-otomatis.
Di Kenosha pada Sabtu, orang-orang menorehkan pesan-pesan persatuan pada papan-papan untuk melindungi pertokoan setelah banyak kawasan bisnis terbakar habis lewat serangan pendemo yang membakar dan merusak. Para warga berharap ketenangan akan terjadi pada malam keempat.
Namun murka atas penembakan Blake tak surut. Pemrotes, sebagian mengenakan topeng-topeng "Keadilan untuk Jacob", bicara tentang perlunya melakukan perhitungan atas ketakadilan rasial.
"Kami lelah," kata Darius Johnson, 27, dari Milwaukee. "Tak ada alasan untuk rasisme ini. Ini dapat terjadi pada siapa pun di antara kita, saudara laki-laki saya, saudara perempuan saya. Ini harus berhenti."
Seorang terdakwa berusia 17 tahun dalam pembunuhan Selasa malam, Kyle Rittenhouse, menyerahkan diri kepada polisi pada Rabu dekat rumahnya di Illinois dekat perbatasan Wisconsin. Para pejabat Kenosha dikecam karena video yang memperlihatkan petugas penegak hukum memberinya air minum di depan merebaknya kekerasan dan berlaku ramah pada orang-orang milisi bersenjata di jalan-jalan.
Sumber: Reuters
Baca juga: Gedung Putih nyatakan bantu Wisconsin kerahkan 1.000 Pengawal Nasional
Baca juga: Penembakan warga kulit hitam kembali terjadi di AS, picu protes
Penerjemah: Mulyo Sunyoto
Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2020
Tags: