Pemimpin dan pejabat perlu contohkan penggunaan masker secara benar
29 Agustus 2020 23:12 WIB
Gambar simulasi efektivitas penggunaan masker untuk mencegah penularan virus dari tetesan kecil liur dari materi yang dipaparkan ahli epidemiologi Universitas Indonesia Pandu Riono di Jakarta, Sabtu (29/8/2020). (ANTARA/Virna P Setyorini)
Jakarta (ANTARA) - Ahli epidemiologi Universitas Indonesia Pandu Riono mengatakan pemimpin dan pejabat negara perlu mencontohkan penggunaan masker secara benar demi efektivitas mengajak masyarakat menekan penularan COVID-19.
"Pemimpin kita belum beri contoh baik dalam pakai masker. Apa yang diharapkan dengan realita belum sama," kata Pandu dalam Editor Meeting The Society for Indonesian Environmental Journalists (SIEJ) yang membahas Ancaman Karhutla di Tengah Pandemi COVID-19 di Jakarta, Sabtu.
Pandu mengatakan masih sering melihat pemimpin dan penjabat negara menggunakan masker dengan tidak benar.
Sering terlihat masker diturunkan ke leher saat berbicara, padahal bagian dalam masker dapat terkena virus yang mungkin sudah melekat di bagian leher.
Saat masker digunakan lagi menutupi mulut dan hidung orang tersebut dapat terpapar virus, ujar Pandu, lebih baik masker dilepas dan dipastikan bagian luar yang sudah terpapar berbagai macam hal tidak mengenai lapisan dalam untuk mencegah virus terhirup jika masker dikenakan lagi.
Pandu juga mengkritisi acara foto bersama sejumlah pejabat pemerintahan di Bali baru-baru ini serta kasus penularan COVID-19 di sejumlah kementerian.
Baca juga: Penggunaan masker dengan benar cara murah kendalikan COVID-19
Dari pemodelan yang dilakukannya, terlihat prediksi risiko tertular COVID-19 berdasarkan tindakan pencegahan menunjukkan jika tanpa pencegahan 30 persen berisiko tertular, dengan mencuci tangan dengan sabun 19,5 persen masih berisiko tertular, pakai masker kain saja 16,5 persen tertular, mencuci tangan dan memakai masker 10,7 persen risiko tertular, menjaga jarak minimal satu meter 4,5 persen berisiko tertular.
Jika mencuci tangan dengan sabun, memakai masker dengan benar serta menjaga jarak minimal satu meter dengan yang lain risiko penularannya 1,6 persen.
Direktur Eksekutif Nasiona Walhi Nur Hidayati mengatakan masyarakat Indonesia memiliki kebiasaan "leading by example". Mereka tidak mendengarkan tapi mengikuti apa yang dilakukan orang lain.
Karenanya pemerintah perlu konsisten dan mencontohkan hal yang tidak meremehkan pandemi.
Ketika masyarakat diminta disiplin, kata dia, maka mereka benar-benar tidak menyepelekan penularan virus tersebut sehingga hal Itu menjadi bentuk kampanye yang lebih efektif.
Baca juga: Akademisi: Pemerintah daerah perlu gencarkan operasi masker
Baca juga: Kekuatan masker cegah penularan COVID-19 tak melulu soal cara pakai
"Pemimpin kita belum beri contoh baik dalam pakai masker. Apa yang diharapkan dengan realita belum sama," kata Pandu dalam Editor Meeting The Society for Indonesian Environmental Journalists (SIEJ) yang membahas Ancaman Karhutla di Tengah Pandemi COVID-19 di Jakarta, Sabtu.
Pandu mengatakan masih sering melihat pemimpin dan penjabat negara menggunakan masker dengan tidak benar.
Sering terlihat masker diturunkan ke leher saat berbicara, padahal bagian dalam masker dapat terkena virus yang mungkin sudah melekat di bagian leher.
Saat masker digunakan lagi menutupi mulut dan hidung orang tersebut dapat terpapar virus, ujar Pandu, lebih baik masker dilepas dan dipastikan bagian luar yang sudah terpapar berbagai macam hal tidak mengenai lapisan dalam untuk mencegah virus terhirup jika masker dikenakan lagi.
Pandu juga mengkritisi acara foto bersama sejumlah pejabat pemerintahan di Bali baru-baru ini serta kasus penularan COVID-19 di sejumlah kementerian.
Baca juga: Penggunaan masker dengan benar cara murah kendalikan COVID-19
Dari pemodelan yang dilakukannya, terlihat prediksi risiko tertular COVID-19 berdasarkan tindakan pencegahan menunjukkan jika tanpa pencegahan 30 persen berisiko tertular, dengan mencuci tangan dengan sabun 19,5 persen masih berisiko tertular, pakai masker kain saja 16,5 persen tertular, mencuci tangan dan memakai masker 10,7 persen risiko tertular, menjaga jarak minimal satu meter 4,5 persen berisiko tertular.
Jika mencuci tangan dengan sabun, memakai masker dengan benar serta menjaga jarak minimal satu meter dengan yang lain risiko penularannya 1,6 persen.
Direktur Eksekutif Nasiona Walhi Nur Hidayati mengatakan masyarakat Indonesia memiliki kebiasaan "leading by example". Mereka tidak mendengarkan tapi mengikuti apa yang dilakukan orang lain.
Karenanya pemerintah perlu konsisten dan mencontohkan hal yang tidak meremehkan pandemi.
Ketika masyarakat diminta disiplin, kata dia, maka mereka benar-benar tidak menyepelekan penularan virus tersebut sehingga hal Itu menjadi bentuk kampanye yang lebih efektif.
Baca juga: Akademisi: Pemerintah daerah perlu gencarkan operasi masker
Baca juga: Kekuatan masker cegah penularan COVID-19 tak melulu soal cara pakai
Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2020
Tags: