Jakarta (ANTARA) - Kepala BNPT Komjen Pol Dr Boy Rafli Amar MH mengatakan dalam melakukan upaya pencegahan paham radikal terorisme kepada generasi muda perlu adanya komunikasi yang intensif dengan para alim ulama ataupun dengan para pimpinan pondok pesantren

“Kami harus bisa membuka ruang komunikasi yang konstruktif, menjaga agar anak muda kita tidak mudah terpapar yang untuk hal-hal yang sifatnya mengarah kepada sikap-sikap yang intoleran dan bahkan melakukan tindakan yang destruktif . Itu yang bisa tidak diinginkan,” kata Boy Rafli dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Sabtu.

Boy Rafli berharap kepada Forkompinda, tokoh-tokoh agama dan tokoh-tokoh masyarakat untuk bisa terus memberikan bimbingan kepada para generasi muda agar cinta kepada negara.

Apalagi di era teknologi informasi yang makin berkembang ini pengaruh media sosial saat ini sungguh luar biasa, kata Kepala BNPT ini dalam acara silaturahmi dan dialog kebangsaan bersama Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopinda) dan Tokoh Agama yang berlangsung di Pondok Pesantren Ihya’ul Qur’an, Kabupaten Wonogiri, Jateng, pada Jumat (28/8).

“Karena propaganda yang terbanyak pada hari ini tentunya melalui media sosial. Dan ini tentunya kami harus bijak dalam menggunakan ataupun memanfaatkan informasi pada media sosial karena dari pengguna media sosial kita ketahui di Indonesia ini adalah umumnya para generasi muda,” ujar mantan Kapolda Papua ini.

Menurut dia, Indonesia saat ini sedang menghadapi bonus demografi sampai dengan 2045, sehingga generasi usia produktif ini sangat dominan.

Oleh karena itu, Boy Rafli mengatakan dalam penggunaan media sosial ini juga perlu adanya bimbingan yang dilakukan dengan langkah-langkah literasi maupun edukasi kepada generasi muda.

“Karena tidak semua isi informasi yang ada di media sosial itu adalah bersifat positif. Karena ada yang sifatnya menyebarkan paham-paham yang bertentangan dengan nilai-nilai luhur bangsa kita. Ada yang bertentangan dengan nilai-nilai agama, ada yang mempromosikan cara-cara kekerasan atau destruktif dengan menyikapi suatu keadaan,” ujar alumni Akpol tahun 1988 ini.


Baca juga: BNPT : Penanggulangan terorisme berbasis pembangunan kesejahteraan

Sementara itu pimpinan Pondok Pesantren Al Ihya’ul Quran, Ustad Adriansyah mengungkapakan bahwa pihaknya akan terus melindungi para santri-santrinya agar tidak mudah terpapar paham paham radikal.

"Al Quran juga mengajarkan kita untuk saling peduli, empati dan saling menjaga serta dilarang untuk melakukan tindakan kedzaliman. Itu merupakan salah satu bentuk asas yang sangat mendasar sekali sebagai suatu tindakan untuk menangkal perilaku-perilaku yang intoleran tadi,” ujar ustad Adriansyah.

Untuk itu dirinya bersyukur bisa bertemu dengan jajaran pimpinan BNPT di pesantrennya sehingga bisa terbangun sebuah komunikasi. Karena dengan adanya komunikasi ini seperti diibaratkan saluran air ada sesuatu yang tersumbat itu bisa menjadi bersih.

“Jadi sesuatu yang menjadi sebuah ganjalan dan jarak, ternyata ada hal yang bisa dikomunikasikan, sehingga banyak persoalan-persoalan yang bisa terselesaikan. kata kuncinya adalah komunikasi tadi. Mudah-mudahan ini menjadi sebuah media penghubung bagi kita kedepan bisa lebih kondusif lagi,” ujarnya.

Dalam acara silahturahmi ini, Kepala BNPT didampingi Deputi I bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi Mayjen TNI Hendri Paruhuman Lubis, Direktur Deradikalisasi Prof Dr Irfan Idris MA, Direktur Perlindungan Brigjen Pol Herwan Chaidir, Direktur Pencegahan Kombes Pol R Akhmad Nurwakhid SE MM dan pejabat BNPT lainnya.

Para Forkopinda yang hadir yakni Dandim 0728/Wonogiri, Kapolres Wonogiri, Kepala Kejaksaan Negeri Wonogiri serta Kepala BIN Daerah (Kabinda) Jawa Tengah. Sementara dari unsur ormas yang ada di Wonogiri yakni MUI, PCNU, LDII dan ormas lainnya.

Baca juga: Kepala BNPT resmikan yayasan digagas mantan napi kasus terorisme Poso

Baca juga: Kepala BNPT harapkan pokja buat cetak biru deradikalisasi

Baca juga: Kepala BNPT: Korban aksi terorisme harus didukung oleh semua Pihak