Jakarta (ANTARA News) - Dirjen Pengelolaan Utang Depkeu Rahmat Waluyanto mengatakan biaya utang melalui penerbitan obligasi menurun setelah pemerintah menerbitkan global bonds atau Surat Utang Negara (SUN) dalam valuta asing sebesar 2 miliar dolar AS.
"Sejak pertama kita terbitkan global bonds baru sekarang bisa menerbitkan 10 tahun dengan imbal hasil (yield) 6 persen dari yang terakhir sebesar 6,85 persen," ujarnya saat ditemui di Gedung DPR RI, Jakarta, Rabu.
Rahmat menyatakan yield SUN dalam valuta asing tersebut rendah karena pemerintah hanya menerbitkan dalam satu seri dari rencana dua seri sehingga pembeli bisa konsentrasi pada seri tersebut dimana momen penerbitannya tepat, yaitu saat ekonomi pasar keuangan dunia sedang bangkit (bullish).
"Kita menerapkan strategi tepat, pertama, kita menerbitkan hanya satu seri saja, Kedua, kita melakukan strata untuk melakukan penekanan pada yield. Ketiga, momennya tepat, kita menerbitkan pada saat ekonomi mulai bullish,"ujarnya.
Menurut Rahmat, selama ini banyak yang mengira biaya utang Filipina lebih baik dibandingkan Indonesia karena yield Filipina saat ini lebih rendah daripada Indonesia, namun negara itu menerbitkan SUN dalam valuta asing dengan jumlah lebih kecil hanya 650 juta dolar AS sedangkan Indonesia sebesar 2 miliar dolar AS.
"Kita salah satu dari issuer di pasar internasional yang memiliki instrumen di secondary marketnya paling bagus dibanding Filipina, dan kalau dilihat kinerjanya masih lebih baik kita, ini tercermin dari kepercayaan investor asing sangat tinggi serta nilai tukar rupiah menguat," ujarnya
Ia juga mengatakan yield Filipina lebih bagus karena mendapatkan banyak valuta asing (dana valas) dari tenaga kerjanya dan pembeli SUN dalam valuta asing Filipina sebesar 40-50 persen berasal dari bank lokal.
"Sedangkan pembeli SUN dalam valuta asing kita hanya 5 persen yang berasal dari bank lokal." ujarnya.
Pemerintah kembali menerbitkan global bonds atau Surat Utang Negara (SUN) dalam valuta asing sebesar 2 miliar dolar AS yang akan digunakan untuk pembiayaan APBN.
Penerbitan ini merupakan program Global Medium Term Notes (GMTN) Republik Indonesia yang telah di"upsize" pada tanggal 5 Januari 2010.
Penawaran SUN ini terdiri atas 1 (satu) tranche sebesar 2 miliar dolar AS untuk jangka waktu 10 tahun yang akan jatuh tempo Maret 2020 dengan yield enam persen, harga 99,044 persen, dan kupon 5,875 persen serta transaksi ini menghasilkan kelebihan permintaan sebesar 2,3 kali atau Rp4,5 miliar.(*)
Biaya Utang Melalui Penerbitan Obligasi Menurun
13 Januari 2010 23:15 WIB
Dirjen Pengelolaan Utang Depkeu, Rahmat Waluyanto. (ANTARA/Ujang Zaelani)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010
Tags: