Jakarta (ANTARA News) - Perguruan tinggi harus memiliki "branding" yang baik dan berusaha mempertahankannya untuk tetap eksis menghadapi persaingan antar-perguruan tinggi yang semakin ketat.

"Apalagi perguruan tinggi asing juga makin gencar melakukan promosi untuk menarik minat calon mahasiswa baru di Indonesia," kata konsultan brand dan etnografer Amalia E Maulana, di Jakarta, Rabu malam.

Dikatakannya, "branding" adalah sebuah proses memperkenalkan "brand" sampai bagaimana lingkungan memberikan penilaian yang baik pada "brand" tersebut.

Dikatakannnya, perguruan tinggi yang tidak memiliki "branding" baik akan dilupakan oleh konsumennya yakni mahasiswa dan calon mahasiswa.

Ia mencontohkan ada beberapa perguruan tinggi swasta di Yogyakarta yang saat ini nyaris bangkrut lantaran kesulitan mendapatkan mahasiswa yang berminat kuliah di perguruan tinggi tersebut.

Menurut dia, untuk memiliki "branding" yang baik sebuah perguruan tinggi harus terus melakukan proses transformasi informasi dan lainnya kepada mahasiswa dan
"stake holder" dari sekadar diketahui menjadi selalu diingat dengan baik.

Doktor ilmu pemasaran lulusan Universitas New South Wales Australia ini mengusulkan untuk memiliki "branding" yang baik hendaknya perguruan tinggi merekrut tenaga "chief marketing officer" (CMO) profesional.

"Apalagi perguruan tinggi adalah bisnis yang kompleks dan unik, yang dalam pembentukan `branding`nya ada beberapa isu yang kontradiktif seperti lembaga profit sekaligus sosial," katanya.

Keberadaan CMO di perguruan tinggi bertugas melakukan transformasi informasi kepada mahassiawa dan masyarakat dari sekadar tahu ("just friend") menjadi sahabat karib ("soul mates").

Perguruan tinggi yang yang mampu mentransormasikan informasinya dengan baik, katanya, akan memiliki "branding" yang baik di masyarakat.

Tugas CMO, katanya, terus melakukan proses sosialisasi "brand" hingga mahasiswa dan masyarakat memiliki penilaian yang baik dan selalu teringat pada pergutuan tinggi tersebut.

"CMO yang baik akan bekerja dengan perencaan dan pencapaian tahapan secara baik serta menjangkau akses yang seluas-luasnya," katanya.

Diakuinya, untuk memperoleh "branding" baik tidak bisa hanya dalam waktu sekejap tapi dibutuhkan waktu lama, karena itu "branding" juga dinamis.(*)