Jakarta (ANTARA) - Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio mengatakan teridentifikasi ada strain virus corona penyebab COVID-19 yang lebih menular (infectious), D614G, di Indonesia sebagai hasil mutasi dari varian asli virus sebelumnya.

Strain mutasi virus SARS-CoV-2, D614G, juga sudah dideteksi di sejumlah negara lain termasuk Malaysia.

"Yang mungkin menjadi perhatian utama saat ini adalah pertanyaan apakah ada di antara virus-virus yang 'whole genom sequencing'-nya (pengurutan keseluruhan genom) sudah di dilaporkan ke GISAID, apakah ada yang mengandung mutasi yang menunjukkan virus itu memiliki potensi bisa menular lebih cepat yaitu disebut D614G. Dapat kami sampaikan saat ini memang sudah diidentifikasi dan sudah dilaporkan," kata Amin dalam konferensi pers virtual LIPI Sarwono Prawirohardjo Memorial Lecture XX, Jakarta, Jumat.

Sarwono Prawirohardjo Memorial Lecture XX merupakan puncak rangkaian acara peringatan Hari Ulang Tahun ke-53 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Dalam Sarwono Prawirohardjo Memorial Lecture XX, ilmuwan Biologi Molekuler Prof. Herawati Supolo Sudoyo dari Lembaga Biologi Molekuler Eijkman memberikan orasi ilmiah berjudul "Peran Riset COVID-19 untuk Indonesia Maju".

Hasil identifikasi tentang keberadaan strain virus penyebab COVID-19 yang jauh lebih mudah menular tersebut akan disampaikan Menteri Riset dan Teknologi kepada Menteri Kesehatan karena informasi itu sangat berkaitan dengan upaya pengendalian COVID-19 secara keseluruhan.

Kepala Lembaga Eijkman Amin mengatakan Indonesia terus melakukan kegiatan "whole genom sequencing" atau pengurutan keseluruhan genom dari virus SARS-CoV-2 untuk mendapatkan lebih banyak informasi genetik tentang virus itu sehingga bisa memahami karakteristik virus dan mutasi yang terjadi.

Baca juga: Eijkman: Indonesia kirimkan 22 WGS dari virus corona penyebab COVID-19

Baca juga: Lembaga Eijkman: Pengembangan vaksin sekali suntik untuk seumur hidup


Data urutan genom juga akan sangat berguna terutama untuk melacak transmisi atau penyebaran virus di Indonesia, mengidentifikasi target untuk terapi dan vaksin, serta memprediksi ancaman pandemi berikutnya.

Ilmuwan Biologi Molekuler Prof Herawati Supolo Sudoyo yang juga merupakan Wakil Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman bidang Penelitian Fundamental mengatakan perubahan atau mutasi pada virus SARS-CoV-2 itu menyebabkan virus menjadi lebih infeksius, tapi transisi itu berbeda di setiap wilayah di dunia mulai dari Eropa, Amerika Utara, Oceania dan Asia.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 menjadi tujuh tipe atau clade yakni S, V, L, G, GH, GR dan O (lainnya), yang mana GH adalah yang paling agresif.

Herawati menuturkan distribusi clade yang ada di Asia sangat beragam termasuk yang ada di Indonesia.

"Ini juga mengundang pertanyaan apa penyebab variasi tersebut apakah ada kemungkinan lingkungan berpengaruh ataupun inang juga berperan? Betul-betul banyak yang belum diketahui tentang virus ini yang layak untuk diteliti lebih lanjut," ujarnya.

Herawati mengatakan data urutan keseluruhan genom virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19 berguna untuk bisa melihat mutasi yang terjadi dan mencari perubahan protein spike dari virus itu.

Untuk itu, kegiatan "whole genom sequencing" dari virus SARS-CoV-2 masih terus dilaksanakan di Indonesia.

Baca juga: Lembaga Eijkman perkirakan bibit vaksin Merah Putih selesai awal 2021

Baca juga: Lembaga Eijkman: Pengembangan vaksin COVID-19 berjalan sesuai jadwal