Pelabuhan Rembang akan dikembangkan untuk mudahkan akses industri
28 Agustus 2020 13:33 WIB
Ilustrasi - Beberapa warga melarung perahu replika dalam sedekah laut di pelabuhan pendaratan ikan (PPI) Tasik Agung, Rembang, Jawa Tengah. (Foto ANTARA)
Jakarta (ANTARA) - Asosiasi Badan Usaha Pelabuhan Indonesia (ABUPI) akan mengembangkan Pelabuhan Rembang untuk memudahkan akses keluar-masuk industri kapur dan garam.
Direktur Utama PT Pelabuhan Rembang Kencana (PRK) yang berlokasi di Sluke, Rembang (Jateng) Mindo Sitorus mengatakan pada Desember 2019 lalu telah melakukan achievement dengan keberhasilan mendapatkan calon investor dari Perancis.
“Kami telah menandatangani joint operation agreement dengan Soletanche Bachy International dari Vinci Group, sebuah perusahaan konstruksi berskala internasional yang sangat berpengalaman dalam pembangunan pelabuhan,” ujar Mindo Sitorus dalam rilis yang diterima di Jakarta, Jumat.
Ketua ABUPI Korwil Jateng itu mengatakan dana sebesar 100 juta euro atau sekitar Rp1,55 Triliun disiapkan untuk biaya pengembangan pelabuhan Kendal dan Rembang tersebut.
Hal itu menurut Mindo, inline dengan arahan Presiden Joko Widodo pada pidato di gedung MPR/DPR/DPD RI beberapa waktu lalu, untuk mendorong industri yang mampu menarik investor berkualitas, bersinergi dengan masyarakat setempat dan mampu membuka lapangan pekerjaan secara luas.
Dalam seminar daring Asosiasi Badan Usaha Pelabuhan Indonesia (ABUPI), Mindo menguraikan bahwa saat ini PT Pelabuhan Rembang Kencana telah mendapat dukungan dari Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) terkait rencana kerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) untuk pengembangan Klaster Inovasi Rembang di Pelabuhan Rembang.
“Kami sangat mendukung Pelabuhan Rembang dijadikan klaster inovasi oleh Kemenristek/BRIN, mengingat Kabupaten Rembang memiliki potensi sumber daya alam berupa kapur dan garam yang belum diolah secara optimal,” jelas Mindo.
Ketua ABUPI Korwil Jateng itu mengatakan Indonesia seharusnya tidak terus bergantung dari impor kapur dan garam. Karena, sebetulnya Ibu Pertiwi memiliki kandungan sumber daya yang melimpah, khususnya di Rembang.
Kegiatan pilot project klaster inovasi di Rembang, kata dia, akan dipimpin oleh BPPT yang telah melakukan penelitian mendalam tentang pengolahan kapur dan garam sehingga memiliki nilai tambah yang tinggi dalam bentuk komoditas yang siap pakai.
"Dari sini diharapkan bisa mendorong munculnya komoditas-komoditas lain sebagai output dari industri yang menggunakan kapur dan garam sebagai bahan baku atau bahan pembantu," urainya.
Mindo menegaskan keberadaan pelabuhan akan membantu meningkatkan kemudahan keluar masuk bahan baku maupun produk jadi dari industri-industri yang berkembang di Kabupaten Rembang dan kabupaten-kabupaten di sekitarnya.
“Dengan demikian kami bisa berkontribusi dan membantu pemerintah menjadi bangsa yang lebih mandiri dengan mengurangi ketergantungan impor kapur dan garam pada umumnya, dan membantu Pemkab Rembang dalam meningkatkan perekonomian daerahnya melalui kerja sama swasta dengan pemerintah,”
tegas Mindo.
Direktur Utama PT Pelabuhan Rembang Kencana (PRK) yang berlokasi di Sluke, Rembang (Jateng) Mindo Sitorus mengatakan pada Desember 2019 lalu telah melakukan achievement dengan keberhasilan mendapatkan calon investor dari Perancis.
“Kami telah menandatangani joint operation agreement dengan Soletanche Bachy International dari Vinci Group, sebuah perusahaan konstruksi berskala internasional yang sangat berpengalaman dalam pembangunan pelabuhan,” ujar Mindo Sitorus dalam rilis yang diterima di Jakarta, Jumat.
Ketua ABUPI Korwil Jateng itu mengatakan dana sebesar 100 juta euro atau sekitar Rp1,55 Triliun disiapkan untuk biaya pengembangan pelabuhan Kendal dan Rembang tersebut.
Hal itu menurut Mindo, inline dengan arahan Presiden Joko Widodo pada pidato di gedung MPR/DPR/DPD RI beberapa waktu lalu, untuk mendorong industri yang mampu menarik investor berkualitas, bersinergi dengan masyarakat setempat dan mampu membuka lapangan pekerjaan secara luas.
Dalam seminar daring Asosiasi Badan Usaha Pelabuhan Indonesia (ABUPI), Mindo menguraikan bahwa saat ini PT Pelabuhan Rembang Kencana telah mendapat dukungan dari Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) terkait rencana kerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) untuk pengembangan Klaster Inovasi Rembang di Pelabuhan Rembang.
“Kami sangat mendukung Pelabuhan Rembang dijadikan klaster inovasi oleh Kemenristek/BRIN, mengingat Kabupaten Rembang memiliki potensi sumber daya alam berupa kapur dan garam yang belum diolah secara optimal,” jelas Mindo.
Ketua ABUPI Korwil Jateng itu mengatakan Indonesia seharusnya tidak terus bergantung dari impor kapur dan garam. Karena, sebetulnya Ibu Pertiwi memiliki kandungan sumber daya yang melimpah, khususnya di Rembang.
Kegiatan pilot project klaster inovasi di Rembang, kata dia, akan dipimpin oleh BPPT yang telah melakukan penelitian mendalam tentang pengolahan kapur dan garam sehingga memiliki nilai tambah yang tinggi dalam bentuk komoditas yang siap pakai.
"Dari sini diharapkan bisa mendorong munculnya komoditas-komoditas lain sebagai output dari industri yang menggunakan kapur dan garam sebagai bahan baku atau bahan pembantu," urainya.
Mindo menegaskan keberadaan pelabuhan akan membantu meningkatkan kemudahan keluar masuk bahan baku maupun produk jadi dari industri-industri yang berkembang di Kabupaten Rembang dan kabupaten-kabupaten di sekitarnya.
“Dengan demikian kami bisa berkontribusi dan membantu pemerintah menjadi bangsa yang lebih mandiri dengan mengurangi ketergantungan impor kapur dan garam pada umumnya, dan membantu Pemkab Rembang dalam meningkatkan perekonomian daerahnya melalui kerja sama swasta dengan pemerintah,”
tegas Mindo.
Pewarta: Abdu Faisal
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2020
Tags: