Jakarta (ANTARA News) - Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) memperhitungkan kontribusi perdagangan luar negeri Indonesia tahun 2010 terhadap pertumbuhan ekonomi tetap minus.

"Ekspor memang ikut tergeser naik, tapi impor juga terkoreksi jadi praktis perdagangan tetap minus," kata Ketua Lembaga Pengkajian, Penelitian, dan Pengembangan Ekonomi (LP3E) Kadin, Faisal Basri, di Jakarta, Selasa.

Dari sisi pengeluaran, ia menjelaskan bahwa ekspor memang menjadi penyumbang dari pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Namun, lanjut dia, pertumbuhan impor pun akan terkoreksi lebih tinggi, sehingga secara neto perdagangan luar negeri tidak memberikan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi.

Batas atas proyeksi Kadin untuk pertumbuhan ekspor dinaikkan dari 6,4 persen jadi 7,2 persen, ujar Faisal.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dan LP3E Kadin, sektor perdagangan dan pariwisata tahun 2008 menyumbang 7,2 persen untuk pertumbuhan ekonomi. Sedangkan pada 2009, sektor tersebut tumbuh minus 0,16 persen.

Maka di tahun 2010, dengan proyeksi pertumbuhan perdagangan mencapai 7,2 persen belum menutupi pertumbuhan minus ekspor di 2009.

Dari sisi pengeluaran lainnya, Faisal mengatakan investasi menjadi komponen paling besar menyumbang pertumbuhan ekonomi. Investasi diperkirakan tumbuh 8,6 persen, lebih tinggi satu persen dibanding versi "road map" kadin.

Optimisme tersebut dilandasi oleh empat hal, yakni pertumbuhan kredit perbankan lebih tinggi sekitar 20 persen, peningkatan arus penanaman modal asing langsung, perbaikan kualitas belanja modal pemerintah, serta percepatan proyek-proyek infrastruktur.

Di lain pihak konsumsi pihak swasta turut memberi kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi nasional, lanjut Faisal. Kadin meningkatkan batas atas pertumbuhan konsumsi swasta dari lima persen (versi `road map` Kadin), menjadi 5,3 persen.

Porsi konsumsi masyarakat, menurut dia, sangat dominan di dalam Produk Domestik Bruto (PDB), sekitar 60 persen. Karena itu, peningkatan konsumsi masyarakat 0,3 persen saja mampu meningkatkan pertumbuhan PDB sebesar nominal 0,2 persen.(*)