KBRI Beijing bantu carikan penerbangan untuk pelajar Indonesia
27 Agustus 2020 20:07 WIB
Para mahasiswa Wuhan University di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China, sudah mengikuti perkuliahan tatap muka mulai Senin (24/8/2020). Wuhan merupakan kota pertama ditemukannya kasus COVID-19. ANTARA/HO-Xinhua/mii/am.
Jakarta (ANTARA) - Kedutaan Besar RI di Beijing akan membantu mencarikan maskapai penerbangan untuk mengangkut para pelajar Indonesia kembali ke kampusnya masing-masing di China.
"Jika pemerintah China sudah memberikan izin kepada pelajar asing masuk dan proses penerbangan agak susah, maka kami akan bantu agar pelajar kita bisa kembali ke China bersama-sama," kata Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Beijing Yaya Sutarya kepada ANTARA, Kamis.
Menurut dia, penerbangan carter dengan harga tiket terjangkau bisa menjadi pilihan utama karena akan sangat memudahkan para pelajar asal Indonesia itu menjalani karantina di satu tempat di China.
"Kalau kembali sendiri-sendiri, nanti repot. Kalau ada pesawat carter, pembelian tiketnya bisa dikoordinasikan, termasuk nanti tempat karantinanya saat mereka tiba di China," ujarnya.
Bagi warga negara asing yang kembali ke China dalam kondisi negatif COVID-19, maka diwajibkan menjalani karantina secara mandiri selama 14 hari. Pemeriksaan sampel dilakukan saat tiba di bandara di China. Pemeriksaan sampel kedua dilakukan pada pertengahan masa karantina dan ketiga pada akhir masa karantina.
Dalam pertemuan Menteri Luar Negeri Indonesia Retno LP Marsudi dan Menlu China Wang Yi di Hainan pada Kamis (20/8) disepakati "travel corridor' untuk perjalanan bisnis, kedinasan, dan misi kemanusiaan.
Untuk pelajar sejauh ini belum ada kebijakan lebih lanjut, meskipun kegiatan belajar dan mengajar semester baru di China akan dimulai secara bertahap pada Sabtu (29/8).
"Saat ini kami sedang berdiskusi dengan pihak-pihak terkait di China untuk mencari solusi terbaik bagi pelajar asing. Jadi kami harapkan pelajar kita tetap bersabar menunggu informasi dari KBRI dan pihak sekolah," ujar Yaya.
Sampai saat ini pelajar Indonesia yang masih bertahan di China sejak wabah COVID-19 mulai merebak pada Desember 2019, sekitar 1.300 orang.
"Yang pulang sudah mencapai angka 14.300-an. Namun selama ini mereka tetap mengikuti perkuliahan daring," kata Yaya.
Sebagian dari pelajar Indonesia pulang ke Tanah Air beberapa waktu lalu atas bantuan dan fasilitas dari KBRI Beijing dan Kemenlu RI.
Baca juga: KBRI Beijing terus pantau seorang WNI positif corona
Baca juga: KBRI Beijing ingatkan pelajar Indonesia soal kuliah daring
"Jika pemerintah China sudah memberikan izin kepada pelajar asing masuk dan proses penerbangan agak susah, maka kami akan bantu agar pelajar kita bisa kembali ke China bersama-sama," kata Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Beijing Yaya Sutarya kepada ANTARA, Kamis.
Menurut dia, penerbangan carter dengan harga tiket terjangkau bisa menjadi pilihan utama karena akan sangat memudahkan para pelajar asal Indonesia itu menjalani karantina di satu tempat di China.
"Kalau kembali sendiri-sendiri, nanti repot. Kalau ada pesawat carter, pembelian tiketnya bisa dikoordinasikan, termasuk nanti tempat karantinanya saat mereka tiba di China," ujarnya.
Bagi warga negara asing yang kembali ke China dalam kondisi negatif COVID-19, maka diwajibkan menjalani karantina secara mandiri selama 14 hari. Pemeriksaan sampel dilakukan saat tiba di bandara di China. Pemeriksaan sampel kedua dilakukan pada pertengahan masa karantina dan ketiga pada akhir masa karantina.
Dalam pertemuan Menteri Luar Negeri Indonesia Retno LP Marsudi dan Menlu China Wang Yi di Hainan pada Kamis (20/8) disepakati "travel corridor' untuk perjalanan bisnis, kedinasan, dan misi kemanusiaan.
Untuk pelajar sejauh ini belum ada kebijakan lebih lanjut, meskipun kegiatan belajar dan mengajar semester baru di China akan dimulai secara bertahap pada Sabtu (29/8).
"Saat ini kami sedang berdiskusi dengan pihak-pihak terkait di China untuk mencari solusi terbaik bagi pelajar asing. Jadi kami harapkan pelajar kita tetap bersabar menunggu informasi dari KBRI dan pihak sekolah," ujar Yaya.
Sampai saat ini pelajar Indonesia yang masih bertahan di China sejak wabah COVID-19 mulai merebak pada Desember 2019, sekitar 1.300 orang.
"Yang pulang sudah mencapai angka 14.300-an. Namun selama ini mereka tetap mengikuti perkuliahan daring," kata Yaya.
Sebagian dari pelajar Indonesia pulang ke Tanah Air beberapa waktu lalu atas bantuan dan fasilitas dari KBRI Beijing dan Kemenlu RI.
Baca juga: KBRI Beijing terus pantau seorang WNI positif corona
Baca juga: KBRI Beijing ingatkan pelajar Indonesia soal kuliah daring
Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2020
Tags: