Singapura, (ANTARA News) - Harga minyak turun di bawah 82 dolar AS per barel di perdagangan Asia, Selasa, karena perkiraan bahwa cuaca dingin yang tiada henti di Amerika Serikat akan menghangat dan mengurangi permintaan bahan bakar pemanas, kata kalangan analis.

Kontrak utama berjangka minyak mentah jenis "light sweet" di New York untuk pengiriman Februari diperdagangkan pada 81,75 dolar per barel pada pagi hari, turun 77 sen dari penutupan di New York pada hari Senin, sebagaimana dikutip dari AFP.

Kontrak di New York mencapai level perdagangan harian tertinggi di 83,95 dolar per barel, Senin, itu level tertinggi sejak 9 Oktober 2008, sebelum tergelincir ke posisi merah karena investor menyimpan laba selama sisa hari itu.

Sementara harga minyak mentah Laut Utara Brent untuk Februari turun 58 sen menjadi 80,39 dolar.

Melemahnya harga minyak "adalah hasil dari ramalan cuaca di Amerika Serikat bahwa suhu akan moderat minggu ini," kata Victor Shum, senior principal konsultan energi, Purvin dan Gertz, di Singapura.

"Kelihatannya, musim dingin yang mengigit di AS akan segera berakhir."

Namun, harga minyak diperkirakan akan tetap tinggi, memperoleh dukungan dari kuat persediaan dan harapan menguatnya laba perusahaan di AS pada kuartal keempat 2009, kata Shum.

"Harga minyak masih sangat kuat mengingat permintaan dan penawaran seimbang," katanya.

"Akan dibutuhkan dua musim dingin yang sangat berat untuk mengkonsumsi semua hasil penyulingan bahan bakar yang telah disimpan, baik di darat dan di fasilitas penyimpanan mengambang." (*)