Dalam acara peluncuran program Tech to Empower: Digitally Ready Entrepreneurs, yang digelar secara virtual dari Jakarta, Kamis, Duta Besar Inggris untuk Indonesia Owen Jenkins menyebut Inggris sebagai mitra yang tepat bagi para bintang baru di sektor teknologi digital di Indonesia, dengan keahlian dan pengalaman yang telah dimiliki.
“Di Indonesia, apabila kita berbicara tentang sektor teknologi secara umum, Inggris mungkin tidak ada berada di jajaran paling atas pikiran Anda. Tetapi Inggris seharusnya dapat menjadi referensi karena merupakan pusat teknologi digital terbesar di Eropa dan rumah bagi lebih dari 600 ribu start-up digital, termasuk beberapa unicorn ternama,” kata Dubes Jenkins.
Dia pun berharap dengan memperkuat kemitraan antara Indonesia dan Inggris dalam sektor tersebut, melalui program yang telah diluncurkan, manfaat kolaborasi dari inovasi digital global kedua negara dapat dirasakan oleh pihak-pihak yang terlibat.
Duta Besar yang telah bertugas di Indonesia selama satu tahun itu meyakini bahwa program tersebut menjadi peluang bagi Inggris untuk menjadi mitra strategis bagi Indonesia yang mendukung dan mendorong terciptanya ekosistem digital yang inklusif bagi para penyandang disabilitas.
“Sehingga mereka dapat berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi digital yang berkelanjutan di Indonesia,” tambahnya.
Sementara itu, pendiri ThisAble Enterprise, Angkie Yudistia, yang juga merupakan staf khusus Presiden Joko Widodo sekaligus juru bicara bidang sosial, berharap program tersebut dapat memberikan stimulasi ,khususnya bagi para penyandang disabilitas untuk berpartisipasi mewujudkan Indonesia maju melalui pengembangan sumber daya manusia.
“Teman-teman disabilitas harus menjadi individu yang unggul dan dapat beradaptasi dalam transformasi digital, serta memiliki penguasaan bidang kewirausahaan agar dapat menciptakan Indonesia yang inklusif dan maju,” ujarnya.
Sebagai mitra pelaksana program, ThisAble akan terlibat dalam seleksi peserta yang terdiri dari 100 wirausahawan dan nonwirausahawan difabel.
Para peserta akan mengikuti 20 modul pembelajaran selama tiga bulan, dari Agustus hingga Desember 2020.
Pada akhir program, peserta ditargetkan lebih memahami aspek-aspek menyangkut peluang pendanaan untuk mengembangkan usaha mereka, juga kesempatan magang di perusahaan start upatau perusahaan mitra yang dapat memberikan pengalaman dan bimbingan di bidang industri.
Yayasan tersebut juga akan menyediakan pendampingan untuk memastikan 100 peserta dengan beragam disabilitas seperti tunarungu, tunanetra, dan tunadaksa dapat mengikuti kegiatan dengan baik dan lancar.
Baca juga: DTKJ harapkan layanan transportasi lampaui ekspektasi disabilitas
Baca juga: Seorang anak berkebutuhan khusus tetap produktif saat pandemi COVID-19