Muara Teweh (ANTARA News) - Seekor orang utan Kalimantan (Pongo
Pygmaeus) hampir menewaskan seorang petani karet bernama Yani (40),
warga Desa Lemo II Kecamatan Teweh Tengah, Kabupaten Barito Utara,
Kalimantan Tengah.
"Kalau tidak ada penyadap karet lainnya,
saya tidak tahu apakah masih hidup atau tidak," kata Yani ketika
ditemui di Desa Lemo II Kecamatan Teweh Tengah, Sabtu.
Peristiwa yang baru pertama kali terjadi dipedalaman Kalteng ini
terjadi Jumat pagi lalu sekitar pukul 07:00 WIB di Sungai Inun,
pedalaman anak Sungai Lemo (anak Sungai Barito).
Orang
utan raksasa berkelamin betina bertinggi 2,5 meter dan berat 200
kilogram menyerang korban hingga luka-luka di sekujur tubuhnya akibat
gigitan dan cakaran kuku terutama di bagian tangan kiri, pangkal kaki
kanan dan dada sebelah kiri.
"Pada bagian kaki kanan ada 20 jahitan dan tangan kiri 10 jahitan," katanya.
Seperti
biasanya, pagi itu korban menyadap karet, namun tidak mengetahui
keberadaan binatang yang selama ini tidak pernah muncul di sekitar
kawasan hutan atau kebun karet rakyat tersebut.
Namun saat dia
baru memulai menyadap karet, tiba-tiba dari arah belakang ada `orang`
memegang kedua kaki dan tubuhnya kemudian langsung membanting ke
belakang.
"Saya terkejut karena saat tiba di kebun karet tidak ada orang selain
teman-teman penyadap karet lainnya, namun setelah melihat ternyata
seekor orang utan yang besar tiga kali ukuran tubuh orang dewasa,"
jelasnya.
Ketika terjatuh dari bantingan orang utan, posisi korban tertelantang,
saat itu juga binatang tersebut memeluk tubuh pria tersebut sambil
menusukan kukunya ke tubuh korban.
Saat itu korban tidak bisa bergerak bahkan mau mengambil mandau
(senjata tajam khas suku Dayak) yang biasa digunakan pergi ke hutan
terselip di pinggang.
"Bayangkan sepatu plastik yang saya gunakan tembus akibat kuku orang utan itu hingga melukai kaki," katanya.
Meski masih dalam pelukan orang utan, korban masih bisa berteriak
meminta bantuan penyadap lain dan datanglah dua orang yang juga
keluarga korban, Miswan dan Mulyadi.
Kedua orang langsung menancapkan senjata tajam ke tubuh orang utan itu.
Orang utan itu melepaskan korban sambil memandang dua orang penyadap
karet tersebut.
"Kedua orang itu sempat lari tidak jauh dari orang utan yang mau
mengejar, saya juga mau menyelamatkan diri, namun tidak bisa bergerak
karena lemas," tuturnya.
Karena kedua orang itu menjauh, orang utan kembali menerkam Yani yang
tergeletak di tanah sambil memeluk erat, ketika itu korban langsung
tidak sadarkan diri.
"Saya tidak tahu apa-apa lagi karena pingsan setelah dipeluk kembali oleh orang utan tersebut," katanya.
Sementara seorang penyadap karet lainnya, Miswan mengatakan mereka cukup lama berupaya melumpuhkan orang utan.
Orang utan dilukai lagi ketika memeluk korban, saat itu kaki binatang dipegang dan dilumpuhkan oleh mandau ke tubuhnya.
Binatang
itu bertahan dan meronta-ronta. Kedua orang lalu menusukan tombak ke
tubuh orang utan sampai cengkeramannya kepada korban terlepas.
"Kami terus menusukan tombak dan mandau ke tubuh orang utan itu hingga jatuh tidak bernyawa lagi," katanya.
Bangkai orang utan itu lalu dibawa ke Desa Lemo II menggunakan perahu bermotor (kelotok).
Untuk membawa orang utan ke dalam kelotok tersebut, warga mengikat
tubuh binatang dengan tali kemudian diangkat menggunakan kayu oleh
empat orang dewasa.
Menurut warga, orang utan terpaksa masuk ke kawasan perkebunan karet
milik masyarakat itu untuk mencari buah-buahan makanannya karena
kawasan hutan tempat binatang itu hidup sudah berkurang, diantaranya
karena pembukaan lahan oleh perusahaan perkayuan, perkebunan dan
pertambangan batubara.
"Warga di sini bisa dikatakan hampir tidak pernah melihat orang utan, karena mereka hidup jauh di hutan," katanya.
Kejadian ini membuat warga setempat dalam beberapa hari terakhir takut
menyadap karet, karena teman-teman orang utan lainnya dikhawatirkan
masih berkeliaran di sekitar kebun karet warga.
Kepala Seksi Konservai Sumber Daya Alam Wilayah IV Muara Teweh, Yusuf
Trismanto mengatakan orang utan yang ada di wilayah Kabupaten Barito
Utara habitatnya berada di dalam Cagar Alam Pararawen di Kecamatan
Teweh Tengah dan di luar kawasan hutan yang dilindungi itu.
Menurut dia, kehidupan orang utan ini sifatnya berkumpul misalnya satu
jantan dan sejumlah jenis betina serta anaknya yang hidup di hutan
belentara.
"Binatang ini tidak menganggu, kalau dia tak terusik atau diganggu oleh
manusia. Mereka senang hidup di kawasan belantara yang banyak
buah-buahan hutan," katanya.
Sedangkan mengenai orang utan yang masuk kawasan kebun karet masyarakat
hingga menganggu warga, karena habitatnya terusik dan terganggu akibat
aktivitas pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit, tambang batu
bara dan pembalakan liar.
Hutan yang menjadi tempat makan binatang itu, kata dia, mulai berkurang
sehingga orang utan jauh mencari makan hingga ke luar kawasan hutan
atau mendekati perkebunan warga yang banyak buah-buahan hutan.
"Mungkin karena terkejut melihat manusia, binatang itu mengamuk,"
katanya. Dia mengaku belum meinventarisir populasi urang hutan di
salah satu pedalaman Sungai Barito ini. (*)
Hutan Menyempit, Orang Utan Nyaris Bunuh Manusia
10 Januari 2010 07:13 WIB
Orang Utan (ANTARA/Nyoman Budhiana)
Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010
Tags: