Balikpapan (ANTARA) - Perusahaan penyedia jasa sewa kendaraan asal Balikpapan, Kalimantan Timur, PT Transkon Jaya segera melakukan penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebesar 375 juta lembar saham atau sekitar Rp93,75 miliar.

“Meskipun di tengah pandemi COVID-19, kami menawarkan 375 juta lembar saham dengan nominal Rp250 per lembar,” kata Sekretaris Perusahaan Alex Syauta, di Balikpapan Selasa.

Ia menjelaskan, IPO yang dijadwalkan pada 27 Agustus 2020 dengan kode emiten PT Transkon Jaya Terbuka (Tbk).

Dana hasil IPO akan digunakan untuk mengembangkan usaha, sebesar 70 persen akan digunakan membayar uang muka pembelian sejumlah kendaraan baru, kendaraan yang akan disewakan sesuai bisnis utama perusahaan, dan sisanya untuk modal kerja seperti pembelian suku cadang, termasuk di dalamnya ban dan oli pelumas.

Dengan permodalan yang semakin kuat, Alex berharap perusahaan juga akan semakin kokoh dalam bisnis, dan semakin maksimal dalam memberikan layanan kepada publik pelanggan.

Transkon Jaya berdiri pada tahun 2003 dan dimulai dengan 1 unit mobil untuk disewakan, yang lalu berkembang menjadi 5 unit kenderaan. Di tahun 2020, Transkon sudah memiliki 2.100 unit kendaraan dengan 90 penyewa.

“Mereka (penyewa) tersebar di Kalimantan, Jawa Timur, Sulawesi, Sumatera Utara, NTB, Maluku Tenggara dan Papua,” kata Syauta. .

Di sisi lain, di Balikpapan Transkon Jaya dikenal sebagai perusahaan pada level Usaha Kecil Menengah (UKM). Perusahaan ini berkembang dengan dukungan pendanaan dari Akseleran perusahaan peer to peer lending (P2P) platform, perusahaan pemberi jasa finansial berbasis teknologi.

“Kami menjadi peer to peer (P2P) lending bagi Transkon sejak Maret 2018,” kata turut pendiri dan kepala bagian kredit Akseleran Christopher Gultom. "Peer to peer lending" secara sederhana berarti sejumlah orang yang mau berinvestasi atau meminjamkan modal berkumpul lewat Akseleran dan meneruskan dananya ke Transkon untuk dipakai menjalankan usahanya.

Menurut Gultom, capaian Transkon menandakan industri P2P Lending mampu memberikan akses keuangan sebesar-besarnya bagi UKM.

Gultom juga menyebutkan kucuran dana pertama diperoleh Akseleran untuk Transkon. “Yaitu sebesar Rp200 juta, dan terus hingga total Rp41,91 miliar tanpa sekali pun macet dalam mengembalikan kredit,” ungkapnya.

Selain itu, lanjut Gultom, mungkin sekali di masa datang akan ada lagi UKM-UKM binaan Akseleran lainnya yang juga menjadi perusahaan terbuka mengikuti jejak PT Transkon Jaya Tbk. Sebab itu Gultom menegaskan, Akseleran akan terus berkomitmen untuk mengakomodasi para pelaku usaha lainnya di seluruh Indonesia agar dapat lebih mudah memperoleh pinjaman usaha yang berbasiskan invoice financing maupun pre-invoice financing dengan besaran mulai dari Rp200 juta hingga Rp2 miliar.

Invoice financing yang pemberian pinjaman bagi klien yang memiliki tagihan yang belum dibayar, di mana segera setelah tagihan tersebut dibayar, maka segera pula dibayarkan pinjamannya.

“Hingga pertengahan Agustus 2020, Akseleran sudah menyalurkan total pinjaman usaha secara kumulatif sebesar Rp1,38 triliun lebih kepada 2.200 peminjam dengan rasio kredit macet 0,4 persen dari total penyaluran pinjaman,” demikian Gultom. ***

Alex Syauta (dua dari kiri). Tambahan modal dari bursa akan digunakan untuk menambah unit baru. (istimewa)