Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat mengatakan negara harus hadir dalam penanganan Penyakit Demensia Alzheimer saat menerima audiensi secara virtual, pengurus Alzheimer Indonesia, Selasa.

Secara umum, Demensia Alzheimer adalah gangguan penurunan fungsi otak yang mempengaruhi emosi, daya ingat, dan pengambilan keputusan seseorang, atau biasa disebut pikun.

"Yang saat ini diperlukan untuk menangani penyakit Demensia Alzheimer di Indonesia bukan semata kita mengenali penyakitnya, tetapi lebih dari itu, negara harus benar-benar hadir lewat sejumlah kebijakan yang bisa mengatasi penyakit Demensia Alzheimer di Indonesia secara menyeluruh," kata Rerie, sapaan Lestari, dalam rilis yang diterima di Jakarta.

Ia menambahkan, ada sejumlah kebijakan terkait penanganan penderita penyakit Demensia Alzheimer belum bisa diterapkan karena menanti niat baik dari Pemerintah.

Ia mendengar hal itu dari Pendiri Alzheimer Indonesia, DY Suharya saat bercerita tentang Ketua Pembina Alzheimer Indonesia Eva Sabdono yang bertamu ke Komnas HAM untuk memperjuangkan hak pelayanan kesehatan bagi para lansia yang rawan terkena Demensia Alzheimer.

Alzheimer Indonesia, ujar Suharya, juga sudah bertemu Bappenas, Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial dan sejumlah kementerian lembaga membahas penanganan dan perawatan para lansia agar bisa mandiri dan bermartabat di masa tua.

Tetapi hingga saat ini, realisasi sejumlah kebijakan yang dibahas tersebut dengan mengacu pada tujuh rencana aksi global dunia belum membuahkan hasil yang berkelanjutan dan terintegrasi.

Rerie menilai, mungkin itu terjadi karena penyakit Demensia Alzheimer di Indonesia belum banyak dipahami oleh masyarakat.

"Padahal, di Indonesia diperkirakan ada sekitar 1,2 juta orang dengan Demensia (ODD) pada 2016, yang akan meningkat menjadi 2 juta orang di 2030 dan 4 juta orang pada 2050," kata Wakil Ketua MPR RI yang membidangi Penyerapan Aspirasi Masyarakat dan Daerah itu.

Dengan estimasi ODD 1,2 juta di Indonesia, perkiraan total kerugian ekonomi keluarga yang terkena Demensia Alzheimer mencapai 2,2 milyar dolar AS.

Kerugian ekonomi itu, menurut Rerie, disebabkan hilangnya penghasilan bagi ODD, biaya caregivers yang merawat dan mendampingi penderita demensia, serta tingginya biaya yang dikeluarkan untuk mengurus ODD, serta biaya obat-obatan yang harus dikeluarkan.

Mengingat besarnya ancaman tersebut, menurut Rerie, kepedulian masyarakat terhadap penyakit Demensia Alzheimer harus ditingkatkan sejak dini.

Data Alzheimer’s Disease International, World Health Organization 2017 menyebutkan ada sekitar 10 juta kasus baru setiap tahun.

"Jangan sampai masyarakat salah memperlakukan penderita Demensia Alzheimer. Perlakuan salah terhadap penderita bisa memperparah kondisi kejiwaan penderita," ujar Legislator Partai NasDem itu.

Baca juga: Sapardi Djoko Damono melawan pikun

Baca juga: Awas, kesepian bisa picu pikun

Baca juga: Seorang peserta ibadah haji Sleman batal berangkat karena pikun

Baca juga: Memahami Alzheimer, penyakit pikun