Satgas : Upaya cari vaksin corona lebih awal untuk lindungi masyarakat
25 Agustus 2020 18:03 WIB
Ilustrasi: Seorang anggota staf menunjukkan sampel vaksin COVID-19 nonaktif di Sinovac Biotech Ltd., yang berada di Beijing, China, 11 April 2020. ANTARA FOTO/Xinhua/Zhang Yuwei/pras. (.)
Jakarta (ANTARA) - Satuan Tugas Penanganan COVID-19 menyatakan upaya pemerintah untuk mendapatkan komitmen lebih awal dari negara-negara sahabat dalam penyediaan pasokan vaksin merupakan bentuk perlindungan kepada masyarakat.
Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito dalam jumpa pers daring dari Istana Kepresidenan di Jakarta, Selasa, menekankan dalam tatanan global, pemerintah Indonesia berusaha menjadi yang tercepat dibanding negara-negara lain untuk mendapatkan akses pasokan vaksin COVID-19.
“Kami tegaskan sebagai bangsa yang besar di dunia dengan jumlah penduduk hingga 267 juta, kita harus mampu menyediakan perlindungan kepada masyarakat, dalam konteks ini adalah vaksin,” ujar Wiku.
Meskipun mencari komitmen pasokan vaksin dari luar negeri, kata Wiku, di saat yang bersamaan, pemerintah Indonesia di dalam negeri tetap berusaha untuk mengembangkan vaksin COVID-19 yang diberi nama vaksin “Merah Putih."
Baca juga: Presiden: Indonesia dapat pengadaan vaksin jumlah besar hingga 2021
Baca juga: Tim Riset Unpad mulai uji klinis vaksin COVID-19 gelombang kedua
“Sementara belum tersedia vaksinnya di dalam negeri, dan ini upaya untuk melindungi bangsa, untuk menjaga akses sudah kita dapatkan dahulu dari negara negara lain,” ujarnya.
Pada akhir pekan lalu, Indonesia telah memperoleh komitmen penyediaan 290 juta hingga 340 juta dosis vaksin COVID-19 hingga akhir 2021 mendatang.
Sementara untuk akhir 2020 ini, Indonesia memiliki komitmen pengadaan vaksin sebanyak 20 juta hingga 30 juta dosis vaksin COVID-19. Komitmen itu diperoleh dari hasil lawatan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Menteri BUMN Erick Thohir ke Uni Emirat Arab (UEA) dan China.
Wiku menjelaskan jika nanti jumlah dosis yang sudah menjadi komitmen ternyata berbeda dengan yang dibutuhkan, Indonesia dapat melakukan negosiasi ulang. Yang penting, ujar dia, saat ini Indonesia sudah mendapatkan komitmen untuk mengakses penyediaan vaksin COVID-19 tersebut.
“Dari awal, kita bisa memastikan aksesnya tersebut, dan bila meleset, kami selalu memonitor ketersediaan vaksin di pengembang-pengembang di dunia, termasuk juga mendorong vaksin ‘Merah Putih’ dari Lembaga Eijkman dan Bio Farma yang ada di Indonesia,” ujarnya.
Wiku mengatakan satgas dan sejumlah ilmuwan di Indonesia juga selalu memantau efektivitas dan keamanan dari kandidat vaksin COVID-19 yang nantinya akan dipilih pemerintah.
“Cara kerja vaksin adalah melindungi masyarakat sehat untuk tidak terinfeksi COVID-19 dengan cara trigger (memicu) terjadinya antibodi ygang ada pada tubuhnya. Mari kita amati bersama, di Indonesia dan dunia, dan harapannya pada uji klinis fase tiga kita dapatkan hasilnya dengan baik,” jelas Wiku.
Baca juga: 110 relawan uji vaksin COVID-19 gelombang pertama dipastikan sehat
Baca juga: Dubes China berharap bersamaan Indonesia gunakan vaksin COVID-19
Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito dalam jumpa pers daring dari Istana Kepresidenan di Jakarta, Selasa, menekankan dalam tatanan global, pemerintah Indonesia berusaha menjadi yang tercepat dibanding negara-negara lain untuk mendapatkan akses pasokan vaksin COVID-19.
“Kami tegaskan sebagai bangsa yang besar di dunia dengan jumlah penduduk hingga 267 juta, kita harus mampu menyediakan perlindungan kepada masyarakat, dalam konteks ini adalah vaksin,” ujar Wiku.
Meskipun mencari komitmen pasokan vaksin dari luar negeri, kata Wiku, di saat yang bersamaan, pemerintah Indonesia di dalam negeri tetap berusaha untuk mengembangkan vaksin COVID-19 yang diberi nama vaksin “Merah Putih."
Baca juga: Presiden: Indonesia dapat pengadaan vaksin jumlah besar hingga 2021
Baca juga: Tim Riset Unpad mulai uji klinis vaksin COVID-19 gelombang kedua
“Sementara belum tersedia vaksinnya di dalam negeri, dan ini upaya untuk melindungi bangsa, untuk menjaga akses sudah kita dapatkan dahulu dari negara negara lain,” ujarnya.
Pada akhir pekan lalu, Indonesia telah memperoleh komitmen penyediaan 290 juta hingga 340 juta dosis vaksin COVID-19 hingga akhir 2021 mendatang.
Sementara untuk akhir 2020 ini, Indonesia memiliki komitmen pengadaan vaksin sebanyak 20 juta hingga 30 juta dosis vaksin COVID-19. Komitmen itu diperoleh dari hasil lawatan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Menteri BUMN Erick Thohir ke Uni Emirat Arab (UEA) dan China.
Wiku menjelaskan jika nanti jumlah dosis yang sudah menjadi komitmen ternyata berbeda dengan yang dibutuhkan, Indonesia dapat melakukan negosiasi ulang. Yang penting, ujar dia, saat ini Indonesia sudah mendapatkan komitmen untuk mengakses penyediaan vaksin COVID-19 tersebut.
“Dari awal, kita bisa memastikan aksesnya tersebut, dan bila meleset, kami selalu memonitor ketersediaan vaksin di pengembang-pengembang di dunia, termasuk juga mendorong vaksin ‘Merah Putih’ dari Lembaga Eijkman dan Bio Farma yang ada di Indonesia,” ujarnya.
Wiku mengatakan satgas dan sejumlah ilmuwan di Indonesia juga selalu memantau efektivitas dan keamanan dari kandidat vaksin COVID-19 yang nantinya akan dipilih pemerintah.
“Cara kerja vaksin adalah melindungi masyarakat sehat untuk tidak terinfeksi COVID-19 dengan cara trigger (memicu) terjadinya antibodi ygang ada pada tubuhnya. Mari kita amati bersama, di Indonesia dan dunia, dan harapannya pada uji klinis fase tiga kita dapatkan hasilnya dengan baik,” jelas Wiku.
Baca juga: 110 relawan uji vaksin COVID-19 gelombang pertama dipastikan sehat
Baca juga: Dubes China berharap bersamaan Indonesia gunakan vaksin COVID-19
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020
Tags: