Jakarta (ANTARA) - Gelandang Paris Saint-Germain, Ander Herrera, masih merasa timnya tak pantas menelan kekalahan 0-1 di final Liga Champions melawan Bayern Muenchen di Stadion da Luz, Lisbon, Portugal, Minggu waktu setempat (Senin WIB).

Pasalnya, Herrera bersikeras ia dan rekan-rekannya telah melakukan segalanya dan menciptakan lebih banyak peluang ketimbang Bayern.

"Saya pikir kami sudah melakukan segalanya untuk memenangi pertandingan, kami punya lima atau enam peluang," kata Herrera dalam komentar pascalaga dilansir laman resmi UEFA.

Baca juga: Bayern juara Liga Champions, berkat gol tunggal Coman kontra PSG

Akan tetapi semua peluang itu tak mampu terkonversi menjadi gol, di satu sisi karena Kylian Mbappe serta Neymar kali ini kurang tajam berbarengan dengan penampilan gemilang kiper Bayern Manuel Neuer.

"Sebaliknya mereka punya dua atau tiga, tetapi mencetak salah satunya di babak kedua," ujar Herrera.

Satu peluang yang berhasil dikonversi Bayern menjadi gol itu terjadi pada menit ke-59, ketika lini belakang PSG teledor membiarkan Kingsley Coman berdiri tak terkawal di area tiang jauh untuk menanduk umpan silang terukur kiriman Joshua Kimmich.

Baca juga: Transformasi PSG setelah injeksi Qatar
Baca juga: Mampukah PSG rengkuh gelar juara Liga Champions pertamanya

Kegagalan membalas gol itu, praktis mengubur ambisi PSG meraih trofi Liga Champions di penampilan pertama mereka di partai final, sekaligus menghentikan raihan Le Parisien hanya berupa trigelar domestik yakni Liga Prancis, Piala Prancis dan Piala Liga Prancis, serta satu trofi hiburan pembuka musim 2019/20 Trophee des Champions.

"Kami kini harus mengevaluasi semua capaian kami musim ini, tim yang kami bangun, atmosfer yang tercipta di tim ini," ujar Herrera.

"Kami memenangi empat trofi dan kalah di final Liga Champions, yang sebetulnya kami tidak pantas mendapat hasil ini menurut saya," pungkas Herrera.

Baca juga: Keputusan Flick mainkan Coman tuai pujian
Baca juga: Daftar juara Liga Champions, Bayern samai koleksi trofi Liverpool
Baca juga: Kala tim-tim 'liga petani' mendominasi Liga Champions