Pesantren Tebuireng "Dibanjiri" Massa
5 Januari 2010 23:26 WIB
Umat muslim berjejalan memasuki kompleks pondok pesantren Tebu Ireng, Jombang, Jawa Timur, Selasa (5/1) malam. (ANTARA/Arief Priyono)
Jombang (ANTARA News) - Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, Selasa malam, terlihat "dibanjiri" massa berjumlah puluhan ribu orang dari berbagai daerah di Tanah Air untuk memperingati tujuh hari wafatnya mantan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Wartawan ANTARA di Jombang melaporkan peringatan tujuh hari wafatnya Gus Dur itu membuat suasana di pesantren itu dijejali massa, sehingga Jalan Irian Jaya di depan pesantren itu pun terpaksa ditutup polisi dalam radius satu kilometer.
Peringatan tujuh hari wafatnya Gus Dur diawali dengan pembacaan tahlil (doa, zikir, dan wirid) yang dimulai sejak pukul 19.50 WIB, namun hingga acara menjelang berakhir pada pukul 22.00 WIB tampak massa masih terus berdatangan.
Massa yang datang tidak hanya berasal dari berbagai daerah di Jawa Timur, namun juga ada yang datang dari Jateng, Jabar, Jakarta, dan bahkan Sulawesi, Bali, dan NTB.
"Acara semacam itu tidak hanya dilaksanakan di sini (Pesantren Tebuireng), tapi juga di Ciganjur (pesantren milik Gus Dur di Jakarta), Denanyar (pesantren milik keluarga Gus Dur di Jombang dari jalur ibunda), dan sebagainya," kata pengasuh Pesantren Tebuireng, Ir KH Solahudin Wahid (Gus Solah).
Dalam acara yang juga dihadiri dua putri Gus Dur yakni Annisa dan Yenny Wahid serta puluhan ulama itu, pembacaan yasin dipimpin ustaz Abdul Afif dan pembacaan tahlil dipimpin KH Masduqi Al Hafiz yang sama-sama dari Jombang.
Acara yang juga diisi sambutan Gus Solah selaku pengasuh pesantren dan Yenny Wahid selaku perwakilan keluarga Gus Dur itu juga "ditingkahi" budayawan Emha Ainun Nadjib (Cak Nun) yang melantunkan selawat kesukaan Gus Dur dan cerita tentang Gus Dur.
Presiden ke-4 RI itu dilahirkan di Jombang pada 4 Agustus 1940 dan meninggal dunia di RSCM Jakarta pada 30 Desember 2009. Almarhum meninggalkan seorang istri dan empat anak perempuan.(*)
Wartawan ANTARA di Jombang melaporkan peringatan tujuh hari wafatnya Gus Dur itu membuat suasana di pesantren itu dijejali massa, sehingga Jalan Irian Jaya di depan pesantren itu pun terpaksa ditutup polisi dalam radius satu kilometer.
Peringatan tujuh hari wafatnya Gus Dur diawali dengan pembacaan tahlil (doa, zikir, dan wirid) yang dimulai sejak pukul 19.50 WIB, namun hingga acara menjelang berakhir pada pukul 22.00 WIB tampak massa masih terus berdatangan.
Massa yang datang tidak hanya berasal dari berbagai daerah di Jawa Timur, namun juga ada yang datang dari Jateng, Jabar, Jakarta, dan bahkan Sulawesi, Bali, dan NTB.
"Acara semacam itu tidak hanya dilaksanakan di sini (Pesantren Tebuireng), tapi juga di Ciganjur (pesantren milik Gus Dur di Jakarta), Denanyar (pesantren milik keluarga Gus Dur di Jombang dari jalur ibunda), dan sebagainya," kata pengasuh Pesantren Tebuireng, Ir KH Solahudin Wahid (Gus Solah).
Dalam acara yang juga dihadiri dua putri Gus Dur yakni Annisa dan Yenny Wahid serta puluhan ulama itu, pembacaan yasin dipimpin ustaz Abdul Afif dan pembacaan tahlil dipimpin KH Masduqi Al Hafiz yang sama-sama dari Jombang.
Acara yang juga diisi sambutan Gus Solah selaku pengasuh pesantren dan Yenny Wahid selaku perwakilan keluarga Gus Dur itu juga "ditingkahi" budayawan Emha Ainun Nadjib (Cak Nun) yang melantunkan selawat kesukaan Gus Dur dan cerita tentang Gus Dur.
Presiden ke-4 RI itu dilahirkan di Jombang pada 4 Agustus 1940 dan meninggal dunia di RSCM Jakarta pada 30 Desember 2009. Almarhum meninggalkan seorang istri dan empat anak perempuan.(*)
Pewarta: Luki Satrio
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010
Tags: