Jakarta (ANTARA News) - Tim Ekspedisi Garis Depan Nusantara (GDN) hingga kini masih menyisakan 18 dari 92 pulau terluar (terdepan) di wilayah Indonesia untuk dijelajahi dan didata.

"Saat ini tim ekspedisi berada di Tual, Provinsi Maluku, setelah sebelumnya berhasil menjelajahi 10 dari 28 pulau terdepan di wilayah timur Indonesia," kata Ketua I Tim Ekspedisi GDN Ipong Witono yang dihubungi dari Jakarta, Selasa.

Menurut Ipong, Tim Ekspedisi GDN mulai menjelajahi 92 pulau terdepan di Indonesia sejak Mei 2008 yang dimulai dari wilayah barat Indonesia.

Dalam perjalanan selama sekitar 100 hari, tim berhasil menjelajahi 40 pulau terdepan di wilayah barat, dengan menggunakan Kapal Motor Deklarasi Juanda, yang merupakan sumbangan dari masyarakat.

Sedangkan di wilayah tengah, Tim Ekspedisi GDN menjelajahi 24 pulau terluar yang selesai pada akhir 2009 dalam waktu 90 hari perjalanan. Untuk menjelajahi pulau terdepan di wilayah tengah itu, Tim menggunakan sarana transportasi umum yang biasa dipakai para nelayan.

Kini, tim ekspedisi sudah sekitar satu bulan bergerak menjelajahi 28 pulau terdepan yang tersisa di wilayah timur Indonesia dan diperkirakan akan selesai pada Maret 2010. Untuk menjelajahi pulau terdepan di wilayah itu, tim menggunakan Kapal Pinisi Cinta Laut milik Universitas Hasanuddin, Makassar.

"Laporan perjalanan Tim Ekspedisi GDN itu dituangkan dalam bentuk buku yang telah diterbitkan, yakni `Tepian Tanah Air` yang merupakan catatan perjalanan di wilayah barat. Sedangkan untuk wilayah tengah, sedang disiapkan buku `Serpihan Tanah Air Wilayah Tengah`," kata Ipong yang kini masih berada di Bandung, Jawa Barat dan akan bergabung dengan tim ekspedisi untuk menjelajahi pulau terdepan di wilayah Papua.

Dikatakannya, tim ekspedisi juga telah menyampaikan laporan dan rekomendasi kepada pemerintah RI mengenai pulau-pulau terdepan.

"Antara lain, kita menekankan perlunya pemerintah memperhatikan kesejahteraan prajurit di wilayah perbatasan, kerja sama membuka jaringan telekomunikasi serta masalah infrastruktur dan pendidikan masyarakat," katanya.

Ia mengatakan, tim ekspedisi bermula dari keprihatinan kasus sengketa Pulau Sipadan dan Ligitan dari sejumlah anak bangsa yang tergabung dalam organisasi pecinta lingkungan "Wanadri" dan kelompok budaya "Rumah Nusantara", yang kemudian menggagas untuk melakukan perjalanan ekspedisi ke pulau-pulau terluar atau terdepan nusantara.

Kegiatan ekspedisi juga didukung Departemen Kelautan dan Perikanan, Departemen Perhubungan, TNI AL, Bakosurtanal (Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional), Medco Energi dan sejumlah media massa.

"Kami lebih suka menyebut `Pulau Terdepan`, karena dalam perspektif kami, pulau-pulau terdepan itu adalah beranda `rumah` kita yang harus kita urus dan jaga keamanannya, termasuk perhatian soal infrastruktur, ekonomi dan pembangunannya," katanya.

Ipong menambahkan, Deklarasi Juanda pada 13 Desember 1957 merupakan landasan berpikir wawasan nusantara karena Deklarasi Juanda sebenarnya merupakan tonggak ketiga kebangsaan setelah Sumpah Pemuda 1928 dan Proklamasi Kemerdekaan 1945.

Deklarasi Juanda menegaskan bahwa wilayah laut Indonesia merupakan bagian tak terpisahkan dari wilayah NKRI. (*)