Banjarmasin (ANTARA) - Anggota Tim Pakar Universitas Lambung Mangkurat (ULM) untuk Percepatan Penanganan COVID-19 Prof Dr dr Syamsul Arifin MPd mengatakan masker jangan sampai memberikan perlindungan semu manakala bahannya tidak standar dan cara penggunaannya salah.

"Melalui pemahaman paripurna masker yang baik diharapkan pemakaian masker tidak memberikan perlindungan semu dari transmisi COVID-19," ujarnya di Banjarmasin, Jumat.

Dijelaskan Syamsul pemahaman paripurna tentang masker meliputi sejak persiapan, pemakaian maupun pelepasan masker, sehingga masker dapat memberikan perlindungan optimal bagi penggunanya.

Pemilihan bahan merupakan langkah pertama yang penting karena filtrasi (hambatan) dan kemudahan bernapas berbeda-beda sesuai kainnya.

Menurut dia, tidak disarankan menggunakan bahan elastis untuk membuat masker. Pada saat dipakai, bahan masker dapat tertarik di wajah, sehingga ukuran pori meningkat dan efisiensi filtrasi menurun selama digunakan.

Selain itu, kualitas bahan yang elastis dapat menurun seiring waktu dan sensitif terhadap pencucian dengan suhu tinggi, katanya.

Baca juga: Siaga masker di "Lava Tour Merapi" digelar di Sleman-Yogyakarta

Baca juga: Presiden bersepeda sambil bagi-bagi masker di Kebun Raya Bogor


Selain bahan, ungkap Syamsul, bentuk masker juga wajib diperhatikan. Disarankan dia masker dirancang agar dapat rapat di bagian hidung, pipi, dan dagu pemakainya.

Saat bagian pinggir masker tidak menutup rapat pada wajah dan bergeser, misalnya saat berbicara, udara dari dalam atau luar menembus melalui bagian pinggir masker dan tidak difilter melalui kain masker.

"Kebocoran udara yang masuk dan keluar tanpa tersaring dapat diakibatkan oleh ukuran dan bentuk masker. Penting dipastikan bahwa masker dapat tetap di tempatnya dengan nyaman tanpa perlu banyak disesuaikan dari tali elastisnya atau ikatannya," jelas Guru Besar Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran ULM itu.
Prof Dr dr Syamsul Arifin MPd. (ANTARA/Firman)


Ditambahkan dia, semua masker harus diganti jika basah atau terlihat kotor. Masker yang basah tidak boleh digunakan untuk waktu yang lama. Dimana lama penggunaan maksimal 4 jam, sehingga perlu disiapkan masker kain cadangan.

Kemudian hindari menyentuh masker saat memakainya. Lepaskan masker tanpa menyentuh bagian depan masker melainkan lepas ikatan masker dari belakang. Masker nonmedis harus sering dicuci dan ditangani dengan hati-hati agar tidak terkontaminasi barang-barang lain. Jika lapisan kain terlihat lusuh maka masker tidak boleh lagi digunakan dan harus segera dibuang.

"Program Gebrak Masker (Gerakan Bersama Pakai Masker) yang kini digulirkan pemerintah harus dapat mencapai tujuannya dengan efektif, sehingga anggaran besar yang dikeluarkan tidak sia-sia dan terbuang secara percuma," kata pria yang menjabat Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Palangkaraya itu.

Baca juga: Pakar: Meski zona hijau, pembukaan sekolah tetap tidak aman

Baca juga: MCCC tekankan pentingnya keteladanan dalam kampanye pemakaian masker