Padang (ANTARA News) - Ulama Sumatera Barat (Sumbar), Buya Mas`oed Abidin, Sabtu, menilai para pemimpin nasional bisa mengambil pelajaran dari prosesi pemakaman almarhum KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur) karena begitu dipadati pelayat berbagai kalangan sampai masyarakat bawah.

Mas'oed menilai, pemakaman Gus Dur itu sederhana tetapi berlangsung megah sehingga mendapatkan perhatian semua elemen masyarakat yang menyaksikannya lebih dekat.

Itu membuktikan Gus Dus adalah sosok pemimpin yang dekat dengan rakyatnya sehingga prosesi yang sederhana pun menjadi megah dimana ribuan orang rela berdesak-desakan mengikutnya, kata Buya.

Bahkan, sehari setelah Presiden RI keempat itu dimakamkan, masyarakat masih berdatangan ke makamnya dan ini membuktikan rakyat Indonesia merasa kehilangan dan mengalami luka mendalam atas kepergian Gus Dur untuk selamanya.

Sebaliknya, lanjut Buya, ada pemakaman tokoh atau pemimpin yang terlihat megah tetapi tidak meriah atau tidak pusat perhatian masyarakat. "Mungkin saja masyarakat tidak merasa begitu kehilangan," katanya.

Hal itu harus menjadi pembelajaran yang berharga bagi kalangan pemimpin agar lebih dekat dengan rakyat. Pemimpin yang dipilih dan dipercayai rakyat untuk lebih mendekatkan diri ke masyarakat, bukan menjauhi dan apalagi menjual rakyat.

"Indonesia ini tidak bisa dikelola dengan sendiri atau sekelompok orang. Kita negara yang punya ketuhanan Yang Maha Esa sehingga dalam pembangunan nasional nilai agama tidak bisa dibelakangkan," katanya.

Mantan Ketua Dewan Dakwah Islam Indonesia (DDII) Sumbar itu juga menyatakan, pemimpin harus melihat keberagaman keyakinan, ras dan bahasa di negeri ini menjadi kekuatan untuk menuju masyarakat yang sejahtera. (*)